Nasabah Bank Banyak Jual Valas Saat Rupiah Melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank mencatat transaksi valuta asing (valas) yang meningkat. Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan Negara (BTN) mengaku transaksi penjualan oleh nasabah yang lebih besar ketimbang pembelian.

"Sejak bulan Agustus hingga saat ini, tren transaksi valas nasabah lebih banyak melakukan transaksi nasabah jual," kata Sekretaris Perusahaan BTN Ramon Armando kepada Kontan.co.id, Kamis (14/9).

Ramon menambahkan, pihaknya akan terus melakukan pengoptimalan transaksi valas BTN di segmen retail dan money changer. Ramon merinci, saat ini untuk volume transaksi valas meningkat sebesar 165 % secara tahunan (YoY), hal ini diiringi dengan frekuensi transaksi valas yang tumbuh 180% YoY. Sampai akhir tahun, BTN memproyeksikan transaksi valas masih terus tumbuh.


"Salah satu strategi adalah pembangunan money changer di lokasi strategis, salah satunya saat ini adalah pembangunan di Bandara Soetta," kata Ramon.

Baca Juga: Rupiah Loyo, Transaksi Valas Perbankan Mendaki

Sementara itu Bank Negara Indonesia (BNI) juga mencatat pertumbuhan volume transaksi nasabah yang meningkat sebesar 13% YoY. Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggaraini mengatakan, tren pelemahan rupiah terhadap mata uang dolar Amerika sejalan pelemahan mata uang lainnya.

Hal ini lebih banyak disebabkan oleh faktor global. Data-data dan fundamental AS yang masih solid yang mengindikasikan tingginya suku bunga dolar AS masih akan bertahan untuk beberapa waktu mendatang.

Meski demikian, Novita menyampaikan rupiah merupakan salah satu mata uang di Asia yang mengalami penguatan year to date terhadap dolar AS, yang naik 1,58%, lebih kuat dibandingkan yen Jepang (melemah 11%), dolar Singapura (melemah 1.1%), dan won Korea (melemah 4,1%).

"Hal ini tidak terlepas dari fundamental Indonesia yang baik, inflasi yang terjaga serta peran Bank Indonesia dalam stabilitas nilai tukar melalui berbagai kebijakan moneter," kata Novita.

Salah satu upaya BNI dalam mendorong transaksi valas yakni termasuk melakukan terobosan bertransaksi valas melalui platform digital untuk nasabah.

Baca Juga: Otot Rupiah Melemah Menjelang Pemilu

Sementara itu Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan saat terjadinya pelemahan rupiah, para pelaku usaha maupun importir sebagian akan menahan diri untuk melakukan pembelian valas di perbankan.

"Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi risko pelemahan, biasanya pelaku usaha sudah melakukan hedging sebagai alternatif untuk memitigasi risiko dari pergerakan rupiah yang melemah," kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (14/9).

Di sisi lain, Josua mengatakan para investor juga masih masih memantau pasar. Saat ini pasar juga masih menantikan keputusan suku bunga The Fed pekan depan.

"Data dari ekonom Amerika pasti akan dipantau terus oleh pelaku pasar, ini juga akan mempengaruhi suku bunga Fed yang berpengaruh juga terhadap nilai tukar rupiah," kata Josua.

Baca Juga: Mata Uang Global Tertekan Keperkasaan Dolar AS

Josua memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat. Hal ini sejalan dengan kebijakan dan posisi Bank Indonesia yang selalu berada di pasar. 

"Kebijakan DHE, time deposit valas BI, dan akan dilelang SBRI, melihat ini rupiah akan terjaga dan menguat sampai akhir tahun, tidak akan terjadi lagi seperti dulu saat nilai tukar mendekati Rp 16.000," kata Josua.

Ditambah dengan The Fed yang juga telah mendekati puncaknya dalam menaikkan suku bunga, sehingga kemungkinan tidak akan ada lagi kenaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati