Nasabah bank di Siprus panik takut kehilangan duit



LARNACA. Warga Siprus tampak panik dan khawatir tak bisa mengambil dana mereka yang ditaruh di bank. Kepanikan menyusul kewajiban mereka sebagai nasabah bank membayar 6,75% atau 9,9% dari jumlah dana yang disimpan untuk kebutuhan bailout negara.

George Kyprou, salah satu nasabah di Siprus terlihat menggaruk kepala saat berada di bawah pohon-pohon palem, di dekat kawasan pejalan kaki tepi laut kota Larnaca. "Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi," kata Kyprou seperti yang dikutip dari The Guardian.

Yang jelas Kyprou kaget melihat kebijakan pemotongan dana nasabah di bawah 10% untuk keperluan penghematan negara. Pria yang berprofesi sebagai sopir itu bekerja sebagai sopir di Inggris, dan menyisihkan sebagian uangnya untuk pensiun di perbankan.


"Aku menyisihkan £ 50 (€ 20) di bank sepanjang hidup saya," katanya. Selama beberapa dekade menabung, Kyprou akhirnya memiliki dana sebesar € 6.000 (£ 5200) dalam akun Larnaca.

Tapi karena dirinya menyimpan dana kurang dari € 100.000, maka ia wajib bayar 6,75% dari dana yang disimpannya itu. Jika Kyprou atau warga lainnya memiliki dana lebih dari € 100.000, maka dia harus bayar 9,9%. Ini merupakan kewajiban dalam komitmen bailout senilai € 10 miliar.

Akibat keputusan bailout tersebut, Kyprou kehilangan € 400 dalam semalam. "Jumlah € 400 tersebut banyak orang seperti saya," terang Kyprou dengan raut muka muram.

Sabtu pagi, Kyprou sudah berusaha ke ATM untuk mengambil dananya. Namun, sejumlah media melaporkan, stok uang tunai di ATM sudah habis sejak sore hari

Negara berpenduduk 1,1 juta orang ini mengalami krisis ekonomi terburuk sejak 1970-an, dengan pengangguran pada rekor tinggi 15%, dan krisis di sektor perbankan terus membengkak.

Nicos Anastasiades, pemenang pemilu berjanji, dana deposito penabung di bank akan aman. Namun, di akhir pekan Ia ternyata menerima persyaratan bailout yang mengharuskan memotong uang rakyatnya di bank.

Tak hanya Kyprou, ada juga Stelios Zinga sopir truk yang ikut antre mengambil uang di ATM. "Orang-orang panik, mereka takut kehilangan uang, mereka tidak merasa bisa percaya kepada bank lagi," katanya.

Ia bilang, pekerjaannya sebagai sopir paling berdampak akibat krisis. Saat ini,, dirinya sudah berusaha melakukan penghematan apalagi pengeluarannya cukup besar, sebab anaknya belajar di luar negeri.

"Anak saya belajar kimia di Edinburgh, saya khawatir tidak bisa lagi mengirimkan uang kepadanya," terang Zinga.

Kekhawatiran juga datang dari kelas menengah di Siprus. Christiana Konteati, seorang pengacara menyatakan, pemotongan dana nasabah bisa jadi sebagai awalan dari krisis ekonomi di negaranya. ”Berikutnya bisa datang pemotongan gaji, meningkatnya pengangguran dan orang-orang sangat mungkin pergi ke luar negeri untuk bekerja," terangnya.

Dia mengatakan, banyak generasi muda terutama lulusan pascasarjana yang merupakan teman-temannya kini menganggur tidak bisa bekerja. Padahal mereka adalah ahli bahasa, marketing,  fisikawan dan juga akuntan.

Editor: Asnil Amri