Nasib Dolar AS Akan Ditentukan Pertemuan The Fed di Bulan September



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pertemuan Federal Reserve (the Fed) di bulan September akan menentukan nasib pergerakan dolar Amerika Serikat (AS). Pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif dapat meruntuhkan posisi dolar AS terhadap sekeranjang mata uang.

Research & Development Trijaya Pratama Futures Alwi Assegaf menilai, pelemahan dolar seiring ekspektasi pasar terhadap suku bunga bakal dipangkas lebih agresif. Ini terjadi setelah data-data ekonomi Amerika menunjukkan perlambatan khususnya dari sektor tenaga kerja setelah data non farm payroll (NFP) yang dirilis dua pekan lalu.

Lesunya sektor ketenagakerjaan AS itu kemudian memicu aksi jual dolar AS. Sebab, pelaku pasar banyak menduga Amerika bakal resesi atau setidaknya harus segera pangkas suku bunga agar terhindar dari resesi tersebut.


Teranyar, data inflasi AS juga semakin memperjelas arah suku bunga the Fed bakal dipangkas. Di mana, data inflasi Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) bergerak melandai.

“Terutama untuk CPI tahunan itu melandai ke 2,9% bulan Juli dari 3% bulan sebelumnya. Ini yang membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga di bulan September itu semakin besar, sehingga menjadi faktor yang melemahkan indeks dolar,” kata Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/8).

Baca Juga: Dolar AS Diprediksi Loyo, Begini Prediksi Rupiah pada Akhir Tahun

Alwi menuturkan, mungkin pasar akan mencerna terlebih dahulu data non farm payroll AS dan beberapa data ketenagakerjaan bulan Agustus, sebelum keputusan suku bunga The Fed di pertengahan September mendatang.

Data tenaga kerja NFP AS akan menjadi kunci besaran pemangkasan suku bunga Fed di bulan September mendatang. Jika sesuai perkiraan, data NFP Amerika melambat, maka isu pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps akan mencuat lagi.

Menurut Alwi, faktor tersebut akan menekan dolar ke depannya. Namun dolar AS mungkin akan menguat sesaat karena biasanya kenaikan suku bunga sudah diantisipasi seperti jargon buy the rumour, sell the fact.

Dolar AS juga bisa berbalik arah (kembali kuat), apabila The Fed menyampaikan Dot Plot di pertemuan September tersebut untuk rencana kebijakan suku bunga ke depan. Kalau proyeksi pemangkasan suku bunga disampaikan hanya satu kali, maka kemungkinan dolar bisa balik arah.

Alwi melihat, pasar sendiri memperkirakan suku bunga akan dipangkas sebanyak 100 bps atau sekitar 1% di sisa tahun ini. Kemungkinan suku bunga akan dipangkas 50 bps di September, 25 bps di November dan 25 bps di Desember.

Dengan asumsi suku bunga bank sentral AS akan dipotong sebesar 100 bps, maka indeks dolar diperkirakan akan menguji level psikologis di area 100 pada akhir tahun ini. Terhadap rupiah, Alwi memproyeksi, dolar berpotensi terus longsor kemungkinan ke level Rp 15.380 pada akhir 2024.

Rupiah akan diuntungkan kebijakan suku bunga rendah the Fed yang bakal diikuti pula oleh Bank Indonesia (BI). Dengan demikian, maka akan menjaga selisih (spread) imbal hasil investasi untuk menarik inflow asing.

“Bank Indonesia mungkin akan melakukan pemangkasan secara moderat jadi tidak agresif. Tidak ada urgensi bagi BI untuk memangkas suku bunga secara agresif, sehingga pemangkasan akan dilakukan secara bertahap seiring data-data ekonomi terbaru,” imbuh Alwi.

Baca Juga: Tanda-Tanda Suku Bunga Dipangkas Kian Jelas, Dolar AS Diprediksi Terus Longsor

Alwi menjelaskan, apabila selisih suku bunga BI dan suku bunga Fed semakin menyempit maka imbal hasil tidak akan menarik. Bank Indonesia bisa mempertimbangkan pangkas suku bunga ke level 5,75%, dari level saat ini 6,25%, dengan asumsi suku bunga Fed dipangkas 100 bps.

Adapun, lanjut Alwi, risiko negatif yang perlu diantisipasi bagi pergerakan rupiah adalah situasi ekonomi China yang melambat dapat berpengaruh pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, surplus neraca dagang yang terus mengecil saat ini apabila jadi defisit, juga dapat menekan rupiah ke depannya.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyoroti, indeks dolar stabil di sekitar 102,7 pada hari Kamis (15/8), namun tetap mendekati level paling lemah dalam tujuh bulan. Ini menjadi bukti lebih lanjut bahwa inflasi AS sedang melambat meningkatkan kepercayaan pada pemotongan suku bunga The Fed.

Sinyal suku bunga bank sentral AS itu akan segera dipangkas makin kuat usai data CPI dan PPI AS yang melandai di bulan Juli. Sehingga, pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga Fed pada bulan September, tetapi tetap terbagi apakah itu akan menjadi pengurangan 25 atau 50 basis poin.

Dengan perkembangan terkini, Sutopo memperkirakan indeks dolar akan berangsur turun ke level 101-102. Namun potensi berbalik arah bisa saja terjadi, karena pelemahan dalam 4 bulan terakhir merupakan antisipasi terhadap penurunan suku bunga.

“Sehingga begitu rilis suku bunga, pelemahan dolar sudah terbatas. Dan mungkin yang terjadi adalah penguatan karena likuidasi posisi short dolar AS,” tutur Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (15/8).

Menurut Sutopo, sejauh ni masih terlalu dini untuk mengukur prospek dolar ke depannya. Namun yang jelas semestinya level wajar rupiah bisa dijaga di area Rp 15.500 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari