JAKARTA. Ketidakpastian di pasar global akibat isu Yunani, mempurukkan pamor komoditas. Indeks Standard & Poor\'s GSCI, Kamis (24/5), turun 1,9% menjadi 616,29. Jika dihitung sejak awal tahun, penurunan sudah mencapai 4,4%, yang pertama sejak tahun 2008. Sedang indeks Thomson Reuters/Jefferies CRB sudah anjlok 7,82% dihitung sejak awal tahun. Penurunannya, kemarin, mencapai 1,8% ke level 281,44. Kekhawatiran pelaku pasar terkait kemungkinan keluarnya Yunani dari Zona Euro mengikis prospek permintaan bahan baku. "Pasar tengah disetir oleh banyak ketakutan," ungkap Claudio Oliveira, Head of Trading Castlestone Management LLC, seperti dikutip Bloomberg.
Investor akan terus melepas aset di komoditas jika ketidakpastian di pasar terus berlarut. "Kondisi pasar bergejolak, di bawah par dan rapuh," ungkap Joachim Fels, Chief Economist Morgan Stanley. Hingga bulan depan, sentimen Eropa inilah yang akan menyetir harga komoditas. Emas & perak Dari sisi teknikal, menurut analis Askap Futures, Kiswoyo A. Joe, emas masih terancam mengalami penurunan. Potensi penguatan baru terkonfirmasi jika level US$ 1.578 per troy ounce tembus, akhir pekan ini. Perak juga bisa menguat lebih stabil jika level US$ 28,5 tertembus. Kemarin, kontrak emas di pasar berjangka di New York naik 1,7% ke level US$ 1.566,5 per toz. Sedangkan perak naik 1,9% menjadi US$ 28,04.Kiswoyo optimistis emas masih mentereng ke depan. Rencana beberapa negara mengucurkan stimulus akan melemahkan mata uangnya. Bank sentral Amerika Serikat (AS) akan mempertimbangkan untuk menempuh langkah sama agar penguatan the greenback di tengah pelemahan valuta dunia lain, tidak menciderai ekspor mereka. "Jika semua memberi stimulus, orang bingung dan akhirnya lari ke emas," kata dia. Tembaga dan Timah Pertemuan pimpinan Uni Eropa 23 Mei lalu, menurut Wahyu T. Laksono, pengamat pasar komoditas, sedikit mengangkat optimisme pasar hingga komoditas logam dasar sedikit terangkat. Namun ini bukanlah pertanda dimulainya tren bullish. Hingga akhir kuartal dua ini, Wahyu memprediksi, dua komoditas logam dasar itu cenderung melemah, jika arah kebijakan ekonomi global tidak ada perubahan berarti. Hingga akhir Mei, tembaga akan bergerak di kisaran US$ 7.400-US$ 7.600, sedangtimah antara US$ 19.400 hingga US$ 19.500 per ton. CPO & Kakao
Komoditas agrikultur sejak awal tahun sejatinya sudah naik signifikan. Terlebih minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang meroket 20%. "Jadi, wajar ada koreksi harga saat ini," kata analis Pasar Fisik Komoditas SoeGee Futures, Renji Betari. Dalam satu-dua bulan ke depan, harga komoditas perkebunan diprediksi akan meningkat berkisar 10%-15%. Coklat misalnya, pelemahan permintaan dari Eropa akan ditutup kenaikan demand dari Asia yang mulai banyak mengonsumsi coklat. Kemarin, kontrak coklat turun menjadi US$ 2.113 per ton. Sedangkan CPO naik menjadi RM 3.069 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri