KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nasib rupiah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto belum terlihat jelas. Perlu adanya kebijakan moneter yang ampuh untuk bisa menjaga posisi nilai tukar rupiah di bawah pemerintahan baru. Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi telah mengumumkan pemenang konstestasi pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 pada Rabu (20/3) malam. Paslon 02 yaitu Prabowo - Gibran berhasil memenangkan suara terbanyak. Berdasarkan hasil rekapitulasi suara 38 provinsi yang dilakukan KPU, Prabowo-Gibran unggul di 36 provinsi, sementara Anies-Cak Imin unggul di 2 provinsi. Sedangkan, Ganjar-Mahfud tidak menang di provinsi manapun.
Menyoal hasil KPU tersebut, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memandang bahwa pemerintahan baru akan sangat bergantung pada kebijakan moneter yang ditempuh. Sebab, tantangan ke depannya tidak akan mudah dihadapi.
Baca Juga: Mata Uang Yen Bersiap Bangkit Setelah Bank of Japan Mengakhiri Suku Bunga Negatif Sutopo bilang, bangkit atau terpuruknya rupiah kemungkinan akan sangat bergantung pada departemen keuangan dan Bank Indonesia (BI) dalam menjalankan kebijakan moneter. Kedua lembaga ini diharapkan jangan sampai kehilangan kepercayaan dari investor, karena jika itu terjadi, maka dapat mengakibatkan pasar mengalami kekacauan. “Tantangan ke depan tidak mudah, namun apabila memiliki tim ekonomi yang solid dan tidak hanya pandai bicara, kondisi ke depan akan lebih mudah dihadapi,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3). Sutopo menilai bahwa tim ekonomi pemerintahan sebelumnya telah teruji mampu menjaga posisi rupiah. Sehingga ini akan menjadi penantian, apakah tim ekonomi yang baru bisa melanjutkan kinerja positif dalam 10 tahun terakhir. Namun, Sutopo berujar, harus disadari bahwa bukan hanya satu faktor yang akan memengaruhi pergerakan rupiah. Elemen lain seperti pengangguran, ketersediaan lapangan kerja, inflasi, neraca, Produk Domestik Bruto (PDB) dan lain-lain akan turut ambil bagian untuk masa depan rupiah.
Baca Juga: Melemah Lagi, Rupiah Nantikan Isyarat Suku Bunga Fed pada Perdagangan Kamis (21/3) Selain faktor internal dan pertumbuhan ekonomi, faktor eksternal tetap akan menjadi pertimbangan di masa depan. The Fed masih menjaga suku bunga tetap tinggi dan lebih lama karena angka inflasi yang hangat, dan dalam pertemuan teranyar juga diperkirakan tidak akan menggeser kebijakan.
Dengan kata lain, Sutopo menuturkan, dolar AS masih akan menjadi pilihan untuk sementara waktu, setidaknya hingga bulan Juni. Dedolarisasi juga tidak akan bisa cepat untuk digeser yang butuhkan puluhan tahun, serta perkembangan geo-politik tetap akan membayangi pasar nilai tukar ke depan. “Apakah Rupiah akan menguat atau melemah pada pemerintahan Prabowo, masih sulit untuk ditafsir dan terlalu dini, karena langkah kebijakan apa yang diambil nantinya belum terbukti,” imbuh Sutopo. Adapun Sutopo memperkirakan rupiah akan bergerak cenderung melemah dalam rentang Rp15.500 per dolar AS–Rp 16.000 per dolar AS di tahun 2024. Proyeksi tersebut sejalan dengan kebijakan suku bunga tinggi yang masih membayangi di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati