Nasib rupiah ditentukan kondisi eksternal dan internal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, rupiah tampak melemah terhadap sebagian besar mata uang asing. Tak hanya dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap euro, poundsterling, yen, dollar Singapura, hingga ringgit Malaysia kompak mencatat penurunan. Namun, analis menilai kondisi ini hanya akan berlangsung sementara.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memang melihat faktor utama tak bertenaganya rupiah adalah kondisi neraca transaksi berjalan dalam negeri yang masih defisit sejak 2012. Apalagi, tahun ini tingkat impor diprediksi akan kembali naik sehingga rasio defisit bakal ikut membengkak.

"Hukum alamnya, kalau current account masih besar defisitnya, rupiah akan terus gampang dipengaruhi gejolak eksternal," kata Josua (21/3).


Namun, ia berpendapat, kondisi pelemahan rupiah sejak awal tahun ini juga kencang disetir oleh ekspektasi naiknya suku bunga acuan Amerika Serikat (AS). Oleh karena itu, rupiah masih punya peluang kembali menguat setelah The Fed menentukan arah kebijakannya untuk tahun ini.

Menurut Josua, saat ini spekulasi pasar terhadap naiknya suku bunga acuan AS yang lebih agresif lah yang sangat menekan rupiah. Adapun, tekanan akan mulai mereda jika pasar sudah mendapat jawaban.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail juga masih cukup yakin prospek nilai tukar rupiah akan lebih baik. Ia optimistis neraca perdagangan Indonesia bisa kembali surplus di kuartal ketiga dan keempat nanti.

"Asal perang dagang global tidak terjadi, pertumbuhan ekonomi AS dan China yang membaik akan mendorong ekspor sehingga neraca dagang bisa kembali surplus," ujar Mikail (21/3). Sebaliknya, pecahnya perang dagang bisa melempar rupiah ke level lebih rendah lantaran pertumbuhan ekonomi terancam dan yield global meningkat.

Selain itu, Josua menambahkan, dari sisi domestik rupiah masih punya harapan jika benar lembaga pemeringkat Moody's akan kembali meningkatkan rating utang Indonesia. "Kalau kondisi perekonomian mendukung, rupiah bisa saja kembali nilai fundamentalnya" katanya.

Adapun, analis Monex Investindo Putu Agus Prasuanmitra bilang, nasib rupiah juga bergantung pada daya beli masyarakat serta kondisi politik dalam negeri tahun ini.

"Dari segi daya beli, kelihatannya kuartal pertama ini belum pulih. Kita lihat seperti apa kondisi politik, kalau aman dan ekonomi tumbuh bagus, rupiah bisa kembali ke fair valuenya di kisaran Rp 13.500 akhir tahun nanti," pungkas Putu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia