AKARTA. Aksi profit taking memicu koreksi pada nilai tukar rupiah. Kemarin (6/6), kurs rupiah di pasar spot melorot 0,14% ke level Rp 13.297 per dollar Amerika Serikat (AS) dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah menguat tipis cenderung konsolidasi 0,01% menjadi Rp 13.285 per dollar AS. Research & Analyst Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, tak banyak faktor yang menekan rupiah. Tapi keperkasaan rupiah di awal pekan membuat pasar melakukan aksi profit taking. Maka wajar rupiah terkoreksi. "Hanya saja rentang koreksinya terbatas, karena fundamental ekonomi yang stabil masih menopang pergerakan rupiah," kata Lukman. Sayangnya, dari dalam negeri belum ada data menarik yang bisa mendorong mata uang Garuda bergerak naik. Rupiah juga masih terseret katalis eksternal.
Analis Riset Treasury Bank Negara Indonesia Nurdiyanto menilai, pengaruh sentimen eksternal terhadap rupiah masih kuat. Pelaku pasar tengah berhati-hati sembari menunggu hasil rapat petinggi European Central Bank (ECB), perkembangan di AS serta krisis diplomatik di Timur Tengah antara Arab Saudi dengan Qatar. "Terjadi aksi pelepasan aset berisiko seperti rupiah dan perburuan safe haven," kata Nurdiyanto.