NATO Memulai Misi Perlindungan Kabel Bawah Laut di Laut Baltik



KONTAN.CO.ID - NATO resmi meluncurkan misi perlindungan kabel bawah laut di Laut Baltik pada hari Selasa (14/1). NATO khawatir akan sabotase dan mata-mata Rusia di wilayah strategis tersebut.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengumumkan bahwa misi ini bernama "Baltic Sentry" dan akan melibatkan kapal fregat, pesawat patroli maritim, serta armada pesawat nirawak angkatan laut.

"Di seluruh aliansi, kami telah melihat unsur-unsur kampanye untuk mengganggu stabilitas masyarakat melalui serangan siber, upaya pembunuhan dan sabotase, termasuk kemungkinan sabotase kabel bawah laut di Laut Baltik," kata Rutte, dikutip AP.


Baca Juga: Trump Meminta Anggota NATO Tingkatkan Anggaran Pertahanan, 5% dari PDB

Rutte berbicara pasca pertemuan aliansi di Helsinki, Finlandia. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pemimpin dari Finlandia, Jerman, Polandia, Denmark, Swedia, Latvia, Lithuania, dan Estonia.

Dalam sebuah pernyataan, aliansi Barat itu memperingatkan bahwa mereka memiliki hak untuk mengambil tindakan terhadap kapal mana pun yang diduga menghindari sanksi dan mengancam keamanan, infrastruktur, dan lingkungan mereka.

Secara terbuka, mereka juga menyebut Rusia sebagai pihak yang kerap menimbulkan ancaman maritim.

"Penggunaan armada bayangan oleh Rusia menimbulkan ancaman khusus terhadap keamanan maritim dan lingkungan. Praktik tercela ini secara signifikan mendukung pendanaan perang agresi ilegal Rusia terhadap Ukraina," kata aliansi tersebut.

Baca Juga: Zelenskyy Kembali Merengek, Minta Sekutu Penuhi Janji Kirim Senjata ke Ukraina

Armada bayangan digunakan untuk menyebut kelompok kapal yang diduga milik Rusia, yang kerap mengitari jaringan pipa gas alam yang membentang dari Norwegia ke Polandia.

Armada bayangan itu terdiri dari ratusan kapal tanker tua yang kepemilikannya tidak pasti. Kapal-kapal tersebut diduga tetap mengalirkan pendapatan minyak ke Rusia.

Dalam misi Baltic Sentry, NATO berusaha melindungi jaringan kabel bawah laut yang sangat vital dalam penyaluran internet.

Rutte menjelaskan, lebih dari 95% lalu lintas internet diamankan melalui kabel bawah laut. Sekitar 1,3 juta kilometer kabel menjamin transaksi keuangan senilai sekitar US$10 triliun setiap hari.

Tonton: Donald Trump Bakal Telepon Vladimir Putin, Kapan Waktunya?

Selanjutnya: Dolar AS Menguat, Reksadana Dolar Bisa Jadi Incaran?

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Naik Rp 4.000 Hari Ini 15 Januari 2025