KONTAN.CO.ID - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menegaskan bahwa aliansi militer Barat itu tidak berniat mengerahkan pasukan tempur ke Ukraina. Dalam wawancara dengan
MSNBC yang dikutip
TASS hari Senin (22/4), Stoltenberg juga membenarkan bahwa saat ini ada beberapa penasihat militer NATO yang berada di Ukraina. "Tidak ada rencana untuk kehadiran tempur NATO di Ukraina, namun tentu saja beberapa sekutu NATO memiliki personel berseragam di kedutaan mereka untuk memberikan nasihat," katanya.
Lebih lanjut, Sekjen NATO meminta komunitas internasional untuk bisa membedakan antara personel berseragam yang bertugas di kantor dan mereka yang bertugas sebagai pasukan tempur. Baca Juga:
Ukraina Kehabisan Rudal Untuk Menangkis Serangan Rusia "Kami kami tidak mempunyai rencana kehadiran seperti itu (di medan tempur). Apa yang kami lakukan di Ukraina adalah kami membantu mereka mempertahankan diri. Dukungan NATO bukanlah sebuah amal, melainkan sebuah investasi bagi keamanan kita sendiri," lanjut Stoltenberg. Dirinya pun mengakui bahwa bantuan militer yang diberikan NATO dan Amerika Serikat ke Ukraina mungkin sudah terlambat, namun pihaknya percaya semuanya akan memiliki konsekuensi lain seperti membuat Rusia semakin kuat. "Ini belum terlambat, namun tentu saja penundaan ini mempunyai konsekuensi yang nyata. Rusia mempunyai lebih banyak amunisi. Tapi ini belum terlambat karena Ukraina menunjukkan keterampilan yang luar biasa dalam membela negaranya," pungkasnya.
Baca Juga:
Sibuk dengan Israel, Zelensky Minta Barat Tidak Melupakan Ukraina Pekan lalu, militer Rusia melancarkan serangan ke pembangkit listrik utama Ukraina. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan bahwa serangan itu bisa berhasil karena saat ini Ukraina kekurangan rudal pertahanan udara. "Ada 11 rudal yang terbang. Kami menghancurkan tujuh rudal pertama, dan empat lainnya menghancurkan Trypilska. Mengapa? Karena tidak ada rudal. Kami kehabisan rudal untuk mempertahankan Trypilska," katanya dalam wawancara dengan stasiun penyiaran Amerika,
PBS. Sang Presiden, yang dulunya merupakan seorang komedian ini, mendesak para sekutunya untuk tidak membuang waktu dalam pemberian bantuan militer kepada Ukraina.