Nebras tuntaskan akuisisi 35,5% saham di Paiton



JAKARTA. Program kelistrikan 35.000 megawatt (MW) yang kemudian direvisi menjadi 19.000 MW masih menarik minat investor asing. Maka, kini PT Paiton Energy kedatangan pemegang saham baru, yakni perusahaan energi asal Qatar, Nebras Power. Perusahaan itu sudah menuntaskan akuisisi 35,5% saham PT Paiton Energy.

Mengutip media Qatar bq-magazine.co, akhir Desember lalu, Nebras melalui Nebras Power Netherland BV sudah menuntaskan akuisisi 22 Desember 2016. Niat akuisisi itu sudah terbersit pada Februari 2016. Dengan akuisisi tersebut, akses Nebras kepada pasar Indonesia dan Asia Tenggara akan terbuka lebar. 

Perusahaan asal Qatar itu menggelontorkan dana senilai US$ 1,35 miliar untuk menggenggam 35,5% saham PT Paiton Energy. Seperti diketahui, Nebras Power memang tengah membidik proyek-proyek kelistrikan di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Vietnam. Akuisisi Paiton merupakan langkah awal masuknya perusahaan tersebut di wilayah Asia Tenggara.


Khalid Mohammed Jolo, CEO Nebras Power, menyatakan, akuisisi ini menegaskan komitmen perusahaan yang dipimpinnya untuk melebarkan sayap ke Asia Tenggara sebagai perusahaan energi global terkemuka. "Ini mencerminkan keyakinan kami di pasar Indonesia," ujarnya, beberapa waktu lalu.

Syakib Bafagih, Direktur Keuangan PT Paiton Energy, menyatakan, pihaknya belum mengetahui detail mengenai tuntasnya proses akuisisi tersebut. Dirinya mengatakan bahwa yang dijual merupakan saham milik Engie (Sebelumnnya bernama GDF SUEZ), yang dibeli oleh Nebras Power.

Namun, dirinya tidak banyak berkomentar mengenai proses tersebut. Hal itu memang di luar dari kapasitasnya. Perlu diketahui, sebelumnya Engie memiliki 40,5% saham milik PT Paiton Energy. Nah, dengan selesainya proses akuisisi ini saham milik Engie hanya tersisa 5%.

Menurut Syakib, transaksi tersebut di luar Indonesia dan antara pemegang saham. "Yang jual Engie, yang beli Nebras Power, saya cuma bisa konfirmasi bahwa saham Engie dibeli Nebras Power, itu saja," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (10/1).

Dengan tuntasnya pembelian saham oleh Nebras Power, maka komposisi kepemilikan di PT Paiton Energy juga berubah. Perusahaan asal Jepang, yakni Mitsui menjadi pemilik saham terbesar, yakni 40,5%, kemudian menyusul Nebras Power sebanyak 35,5%, Tokyo Electric Power dengan 14% dan Engie dan PT Batu Hitam Perkasa yang masing-masing menguasai 5% kepemilikan.

Sebagai salah satu independent power producer (IPP) atau pengembang listrik swasta terbesar di Indonesia, saat ini PT Paiton Energy mengelola tiga pembangkit. Kapasitas totalnya mencapai 2.045 MW, dengan membawa teknologi PLTU super critical pertama ke Indonesia.

Terkait PLTU Paiton unit 7 dan 8 berkapasitas 2 x 615 MW, saat ini menggunakan teknologi boiler sub critical.  Sedangkan PLTU Paiton unit III berkapasitas 815 MW, sudah menggunakan teknologi super critical boiler yang menghabiskan dana mencapai US$ 1,5 miliar.

Dengan teknologi tersebut, perusahaan membutuhkan pasokan batubara dengan kalori mencapai 5.200 Kkal/kg yang disuplai oleh PT Adaro Energy dan PT Kideco Jaya Agung. Keduanya memasok antara 8 juta ton hingga 9 juta ton setiap tahun. Ketiga PLTU milik Paiton tersebut merupakan salah satu penyuplai utama di jaringan listrik Jawa-Bali.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini