Negara berkembang tantang AS pimpin Bank Dunia



MEXICO. Negara-negara berkembang mendesak untuk menghentikan tradisi tua selama beberapa dekade terakhir yang menghadang kandidat dari negara berkembang dan terus mempertahankan kandidat Amerika Serikat sebagai kepala World Bank dan kandidat dari Eropa untuk International Monetary Fund (IMF).

Negara-negara ekonomi berkembang ini memang masih belum menemukan kandidat yang pas untuk menantang AS. Apalagi mengingat AS adalah pemegang saham tertinggi dan paling berpengaruh di World Bank dan IMF.

“Saya yakin AS akan menominasikan kandidat-kandidat yang unggul tetapi itu hanya sebuah gertakan yang prosesnya pada saat ini bisa dicegah,” ujar Amar Bhattacharya, Direktur Sekretariat G24, yang sebagian besar anggotanya datang dari negara-negara berkembang.


Ada beberapa kandidat yang sangat kuat di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, sangatlah penting negara-negara berkembang berusaha untuk menentukan kandidat-kandidat yang sesuai dari negaranya,” ujarnya.

Bhattacharya mengatakan negara-negara berkembang akan berusaha membawa sejumlah daftar kandidat untuk nominasi sampai tenggat waktu 23 Maret 2012.

Keinginan ini tentunya terbentur dengan isu politik yang rumit. Sayangnya isu apakah para pemimpin negara itu masih akan mencadangkan kepemimpinan di Bank Dunia untuk Amerika tidak dibahas secara resmi dalam rapat para menteri keuangan G20 di Meksiko akhir minggu ini.

Namun Menteri Keuangan Timothy Geithner, secara diam-diam mengumumkan pada para menteri dari negara-negara berkembang tentang kebutuhan seorang pemimpin Bank Dunia yang berkualitas. Namun, ia tidak mengatakan siapa yang akan menjadi kandidat AS, ungkap seorang pejabat senior G20 pada Reuters.

Dalam konferensi pers hari Minggu, Geithner tidak memberikan komentar secara langsung tentang World Bank, tapi mengirimkan pesan bahwa Washington mengakui kebutuhan perubahan untuk merefleksikan pertumbuhan ekonomi terutama dari negara-negara berkembang.

“AS memainkan peran yang besar dan sangat mendukung reformasi dalam IMF dan lembaga keuangan internasional lainnya untuk bisa secara signifikan meningkatkan suara dan vote dari sebagian besar negara-negara berkembang dalam lembaga-lembaga tersebut,” ujar Geithner.

“Hal ini benar-benar kepentingan Amerika Serikat dan tentu saja kepentingan yang lebih luas berupa legitimasi dan efektivitas yang lebih besar dari lembaga-lembaga tersebut. Kami sangat bertekad untuk memastikan reformasi membawa pengaruh,” tambahnya.

Pertanyaan siapa yang seharusnya memimpin World Bank tidak dibahas secara mencolok di G20 seperti yang diharapkan. Para menteri keuangan itu berfokus pada upaya Eropa untuk mengelola krisis utangnya dan menjamin IMF bisa mendanai potensi kejatuhan global gara-gara krisis dari Eropa.

Ada tiga orang yang sering disebut memiliki kemungkinan sebagai nominasi AS yaitu: mantan Treasury Secretary AS Lawrence Summers, menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, dan Duta AS untuk PBB Susan Rice. Tapi Hillary Clinton sudah sempat menyatakan tidak akan mengambil kesempatan untuk menduduki jabatan ini.

Negara-negara yang masuk dalam kelompok BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) harus berjuang untuk maju bersama kandidat yang telah didominasi oleh Eropa dan Amerika di Bank Dunia.

Kepala Bank Sentral Meksiko, Agustin Carstens, yang tahun lalu tidak berhasil mengalahkan Christine Lagarde dari Prancis, untuk menjadi pemimpin tertinggi IMF, telah menarik diri dari perebutan posisi World Bank. Demikian juga dengan Menteri Keuangan Nigeria dan mantan Managing Director World Bank Ngozi Okonjo-Iwaela.

Selama beberapa tahun terakhir, Bank Dunia telah mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan kekuatan dan pengaruh pasar di negara-negara berkembang. World Bank juga mendukung rencana di tahun 2010 untuk memberikan kekuatan suara lebih untuk negara-negara berkembang, sehingga membuat China menjadi negara pemegang saham terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang.

Kepala ekonom World Bank juga berasal dari China dan dua dari tiga Managing Director-nya berasal dari negara berkembang, yaitu Mesir dan Indonesia.

Bank Dunia merupakan penyandang dana utama untuk pengembangan untuk negara-negara miskin

Editor: Djumyati P.