PARIS.Pertemuan G20 berlangsung alot soal menentukan faktor ketimpangan ekonomi global dan cara mengatasinya. Perbedaan pendapat terlihat jelas antara China dengan negara barat lainnya. China menolak rencana penggunaan nilai tukar riil dan cadangan devisa untuk mengukur ketimpangan ekonomi global. Penolakan China ini menimbulkan keraguan apakah negara G20 bisa mencapai kesepakatan pada pertemuan pada Jumat (18/2) ini.Menteri Keuangan China Xie Xuren mengatakan, G20 seharusnya menggunakan nilai perdagangan ketimbang memakai saldo giro untuk mengukur distorsi ekonomi. Menurut Xie, negara-negara emerging market harus mempunyai cadangan devisa untuk mengasi krisis keuangan dan guncangan ekonomi."Kami pikir tidak tepat menggunakan nilai tukar riil dan cadangan devisa," kata Xie dalam pertemuan dengan Rusia, Brazil dan India.Sikap keras China ini menandakan adanya perpecahan untuk menentukan ketimpangan ekonomi dan langkah untuk mengatasi krisis keuangan di masa depan. Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda juga pesimis. Dia mengatakan kemungkinan percapaian akan sulit tercapai pada akhir pekan ini seperti yang diharapkan presiden Prancis."Tidak mungkin semua negara setuju dengan semua indikator tetapi saya pikir kemungkinan hanya beberapa indikator," kata Noda.Noda mengatakan perpecahan pendapat negara-negara G20 sudah terlihat dalam pertemuan di level working group. Perpecahan mengenai penyebab dan cara mengatasi krisis finasial ini juga terjadi di antara gubernur bank sentral.Gubernur Bank of England Mervyn King mengatakan, dunia mempertaruhkan proteksionisme atau lain krisis keuangan jika pembuat kebijakan gagal untuk mengurangi distorsi mata uang dan ketidakseimbangan lainnya .Sebaliknya, Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan mengatakan, pihaknya akan menentukan sendiri fase apresiasi nilai tukar mata uang yuan. Dia mengatakan China tidak akan terpengaruh tekanan negara lain.
Negara G20 berbeda pendapat soal tolak ukuran ketimpangan ekonomi global
PARIS.Pertemuan G20 berlangsung alot soal menentukan faktor ketimpangan ekonomi global dan cara mengatasinya. Perbedaan pendapat terlihat jelas antara China dengan negara barat lainnya. China menolak rencana penggunaan nilai tukar riil dan cadangan devisa untuk mengukur ketimpangan ekonomi global. Penolakan China ini menimbulkan keraguan apakah negara G20 bisa mencapai kesepakatan pada pertemuan pada Jumat (18/2) ini.Menteri Keuangan China Xie Xuren mengatakan, G20 seharusnya menggunakan nilai perdagangan ketimbang memakai saldo giro untuk mengukur distorsi ekonomi. Menurut Xie, negara-negara emerging market harus mempunyai cadangan devisa untuk mengasi krisis keuangan dan guncangan ekonomi."Kami pikir tidak tepat menggunakan nilai tukar riil dan cadangan devisa," kata Xie dalam pertemuan dengan Rusia, Brazil dan India.Sikap keras China ini menandakan adanya perpecahan untuk menentukan ketimpangan ekonomi dan langkah untuk mengatasi krisis keuangan di masa depan. Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda juga pesimis. Dia mengatakan kemungkinan percapaian akan sulit tercapai pada akhir pekan ini seperti yang diharapkan presiden Prancis."Tidak mungkin semua negara setuju dengan semua indikator tetapi saya pikir kemungkinan hanya beberapa indikator," kata Noda.Noda mengatakan perpecahan pendapat negara-negara G20 sudah terlihat dalam pertemuan di level working group. Perpecahan mengenai penyebab dan cara mengatasi krisis finasial ini juga terjadi di antara gubernur bank sentral.Gubernur Bank of England Mervyn King mengatakan, dunia mempertaruhkan proteksionisme atau lain krisis keuangan jika pembuat kebijakan gagal untuk mengurangi distorsi mata uang dan ketidakseimbangan lainnya .Sebaliknya, Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan mengatakan, pihaknya akan menentukan sendiri fase apresiasi nilai tukar mata uang yuan. Dia mengatakan China tidak akan terpengaruh tekanan negara lain.