KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua raksasa ekonomi Asia, Jepang dan Korea Selatan, menyatakan akan segera memulai negosiasi intensif dengan Amerika Serikat guna mengurangi dampak dari tarif impor baru yang akan diberlakukan Presiden Donald Trump mulai 1 Agustus mendatang. Langkah ini merupakan respons atas pengumuman Trump pada Senin lalu bahwa 14 negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan, akan dikenai tarif ekspor baru, dengan rentang 25% hingga 40%, tergantung negara asal barang.
Tarik Ulur Negosiasi Jelang Tenggat Waktu
Meskipun kebijakan tarif tersebut sudah diumumkan, Trump memberikan jendela negosiasi selama tiga minggu sebelum implementasi penuh. Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Stephen Miran, mengatakan bahwa ia optimistis kesepakatan baru bisa dicapai sebelum akhir pekan ini.Jepang Prioritaskan Industri Otomotif, Bukan Pertanian
Jepang, yang menjadi target tarif 25%, berharap mendapatkan pengecualian khusus untuk industri otomotifnya. Ryosei Akazawa, kepala negosiator perdagangan Jepang, mengatakan telah berbicara selama 40 menit melalui telepon dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan berkomitmen untuk terus bernegosiasi. Namun Akazawa menegaskan, Jepang tidak akan mengorbankan sektor pertaniannya demi kesepakatan lebih awal, mengingat pertanian adalah sektor sensitif secara politik di dalam negeri.Korea Selatan Fokus pada Hasil Saling Menguntungkan
Sementara itu, Korea Selatan juga berkomitmen untuk mempercepat dialog perdagangan dalam beberapa minggu ke depan. “Kami akan memperkuat pembicaraan dagang untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan Korea Selatan. Ketika ditanya apakah tenggat waktu 1 Agustus itu bersifat mutlak, Trump menjawab, “Saya katakan itu tegas, tapi tidak 100% tegas. Jika mereka menelepon dan ingin mencoba pendekatan lain, kami akan terbuka.”UE, India, dan Inggris Juga Berlomba Capai Kesepakatan
Uni Eropa, mitra dagang terbesar Amerika Serikat, juga berusaha mencapai kesepakatan sebelum batas waktu. Sumber diplomatik Eropa menyatakan bahwa fokus negosiasi saat ini adalah “rebalancing” dan konsesi terhadap beberapa industri ekspor utama seperti suku cadang pesawat, alat kesehatan, dan minuman keras. Namun, Menteri Keuangan Jerman Lars Klingbeil memperingatkan bahwa Uni Eropa siap mengambil tindakan balasan jika kesepakatan tidak tercapai. “Jika kami tidak mencapai kesepakatan dagang yang adil, Uni Eropa siap mengambil langkah balasan,” ujar Klingbeil di hadapan parlemen. Hingga kini, hanya Britania Raya dan Vietnam yang telah menandatangani kesepakatan dagang dengan pemerintahan Trump. Trump juga menyebut bahwa kesepakatan dengan India hampir rampung. Baca Juga: Jepang dan Korsel Negosiasi Ulang Tarif Trump, Dunia Berebut Waktu Sebelum 1 AgustusNegara Berkembang Paling Terpukul
Tarif baru ini menyasar berbagai negara berkembang dengan tarif bervariasi:- 25% untuk Tunisia, Malaysia, Kazakhstan
- 30% untuk Afrika Selatan, Bosnia
- 32% untuk Indonesia
- 35% untuk Serbia dan Bangladesh
- 36% untuk Kamboja dan Thailand
- 40% untuk Laos dan Myanmar