Negara-Negara Besar Dorong Gencatan Senjata dan Bantuan untuk Lebanon



KONTAN.CO.ID -  PARIS. Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, meminta dukungan untuk tentara Lebanon dalam mengamankan gencatan senjata saat menghadiri konferensi internasional di Paris. 

Namun, kehadiran terbatas perwakilan AS dan mendekatnya pemilihan umum di Amerika Serikat membuat prospek gencatan senjata menjadi tidak pasti.

Sekitar 70 delegasi pemerintah dan 15 organisasi internasional berkumpul di Paris dengan tujuan mengumpulkan setidaknya 500 juta euro untuk bantuan kemanusiaan dan mendesak terjadinya gencatan senjata. 


Baca Juga: Blinken Serukan Respons Terukur Israel terhadap Serangan Iran

Para diplomat meragukan kemajuan yang dapat dicapai, mengingat fokus AS yang lebih pada urusan domestik.

Dalam pidatonya, Mikati menggambarkan situasi Lebanon sebagai "badai yang merusak," menekankan perlunya dukungan internasional untuk memperkuat angkatan bersenjata dan membangun kembali infrastruktur yang hancur. 

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, membuka konferensi dengan pernyataan bahwa tidak boleh ada lagi kekerasan di Lebanon dan mendesak pelaksanaan penuh resolusi Dewan Keamanan PBB yang gagal menjaga perdamaian. “Gencatan senjata di Lebanon sangat penting,” tegasnya.

Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir, Dipicu Kenaikan Persediaan Minyak Mentah AS

Meskipun banyak seruan untuk gencatan senjata, pada hari Kamis tidak ada indikasi bahwa konflik akan mereda. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang tidak hadir, melanjutkan lawatannya di Timur Tengah dalam upaya terakhir untuk mencapai perdamaian sebelum pemilihan umum AS bulan depan. 

Sementara itu, Arab Saudi, yang ragu untuk terlibat, mengirim seorang menteri junior ke konferensi tersebut.

Macron mengumumkan bahwa Prancis akan memberikan bantuan sebesar 100 juta euro, sementara Jerman berkomitmen 96 juta euro. Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan bahwa konferensi bertujuan membantu satu juta orang yang mengungsi dengan menyediakan makanan, layanan kesehatan, dan pendidikan.

Lebanon sendiri menyatakan kebutuhan akan 250 juta dolar per bulan untuk mengatasi krisis.

Baca Juga: Harga Minyak Acuan Ditutup Menguat Hampir 2% Usai Anjlok 7% di Pekan Lalu

Salah satu fokus utama di Paris adalah memperkuat Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang meminta agar Lebanon selatan bebas dari kekuatan asing. 

Tujuan akhir adalah merekrut dan melatih 6.000 unit LAF baru. Italia juga berencana menyelenggarakan konferensi terkait dukungan untuk LAF, di mana saat ini mereka memiliki sekitar 1.000 tentara sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon.

Paris juga mendorong pemangku kepentingan Lebanon untuk segera melanjutkan pemilihan presiden guna mengatasi kekosongan kekuasaan yang telah berlangsung selama dua tahun.

Baca Juga: Israel Tangkap Tujuh Warganya yang Dituduh Jadi Mata-mata Iran

Koordinasi antara Prancis dan Washington menghadapi tantangan, dengan negara-negara Eropa dan Arab mengkritik kurangnya seruan dari AS untuk gencatan senjata segera dan mengkhawatirkan perubahan posisi AS sebelum pemilihan mendatang pada 5 November.

Selanjutnya: CEO Ford Memuji Mobil Listrik Xiaomi Speed Ultra 7, Apa Maknanya?

Menarik Dibaca: Daftar 7 Bahan Makanan yang Tak Boleh Dibeli dalam Jumlah Banyak, Kok Bisa?

Editor: Noverius Laoli