Negara-negara G-20 targetkan ekonomi tumbuh 2%



CAIRNS. Para pejabat keuangan negara-negara anggota Group of 20 alias G-20 mengingatkan bahwa risiko ekonomi global meningkat dalam beberapa bulan belakangan ini. Tapi, negara-negara G-20 berkomitmen mengambil langkah-langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global.

Pemulihan ekonomi global tampaknya lebih mundur ketimbang pada pertemuan G-20 Februari lalu di Sydney. Misalnya, tingkat inflasi Eropa yang semakin mini dan mendekati deflasi, pemulihan ekonomi Jepang yang terganggu kenaikan pajak penjualan, serta kekhawatiran bahwa China akan sulit mencapai target pertumbuhan 7,5%.

Kondisi-kondisi ini turut menghalangi kabar baik seperti membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan Inggris, serta efek kenaikan pasar saham.


Negara-negara G-20 mengumpulkan rencana masing-masing untuk mendorong produk domestik bruto naik 2% dalam lima tahun mendatang. Ini merupakan rencana yang diajukan pada pertemuan Februari lalu. "Negara-negara G-20 mencapai 90% dari target penambahan produk domestik bruto 2%," kata Joe Hockey, Menteri Keuangan Australia kepada Bloomberg.

Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia mengatakan, Dana Moneter Internasional dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan seluruh upaya yang disajikan bisa menambah pertumbuhan ekonomi global sekitar 1,6%.

Hockey menambahkan, G-20 akan mengambil langkah-langkah konkret untuk mendorong pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja. "Kami akan menggunakan seluruh perangkat yang tersedia, termasuk kebijakan fiskal dan moneter tambahan bila diperlukan," imbuh Hockey.

G-20 juga menekankan risiko suku bunga rendah yang terus menerus. Menteri Keuangan Kanada Joe Oliver bilang, hal ini menyebabkan naiknya minat investasi di instrumen berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. "Kalau ada penilaian kembali imbal hasil, bisa menyulut volatilitas dan menghasilkan kerugian. Ini juga bisa mengganggu," kata Oliver.

Para pejabat ekonomi G-20 mengingatkan investor agar lebih hati-hati menaruh dana di instrumen berisiko, seperti shadow banking atau instrumen yang berbahaya lain. Negara-negara G-20 juga akan memonitor potensi naiknya risiko pasar finansial ini.

Editor: Hendra Gunawan