ROMA. Pemimpin dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi baru alias emerging economies meminta dengan negara-negara maju agar mereka mendapatkan peran yang lebih besar dalam manajemen perekonomian global. Hal ini menunjukkan bahwa mulai muncul kekuatan atas tekanan Barat secara finansial. Lima emerging economies yang mengusung hampir separo dari penduduk dunia itu adalah China, India, Brazil, Mexico dan Afrika Selatan. Mereka menantang hegemoni dolar AS, menolak strategi dunia industrial untuk memerangi perubahan iklim dan kini mulai mencari dukungan di pasar global dan institusi-institusi lainnya. Pemimpin dari lima negara ini merepresentasikan 3 miliar orang di dunia dengan GDP mencapai US$ 7 triliun. Mereka muncul sebagai kekuatan yang bersatu untuk yang ke-lima kalinya dalam pertemuan G-8 sejak pertemuan kelompok ini dibangun pada tahun 1975. "Apa yang terjadi disini adalah sebuah cerminan realitas. Untuk memerangi kemiskinan, perdagangan, perubahan iklim, apapun yang terjadi secara natural dalam dunia global ini, kita tetap membutuhkan emerging economies ini," tegas Angel Gurria, Secretary-General of the Organization for Economic Cooperation and Development. Sementara itu, delapan negara yang bertemu dalam pertemuan G-8 ini, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Canada, AS dan Russia, jika disatukan hanya memiliki 880 juta orang dengan GDP total US$ 32 triliun.Russia, yang bergabung bersama Brazil, India dan China di blok BRIC, melihat pertemuan G-8 ini sebagai "pemanasan" saja. Hal ini ditegaskan oleh Sergei Prikhodko, ajudan President Dmitry Medvedev. "Rasanya terlalu dini untuk menguburkan G-8," katanya. Kelompok G-5 berniat untuk meminta negara-negara maju untuk mamangkas 50% greenhouse-gas emissions pada tahun 2050. Hanya saja, belum ada target yang bisa didesain hingga pembicaraan mengenai iklim dunia dilakukan pada Desember nanti. IMF mengatakan, emerging economies yang dipimpin oleh China akan menggelindingkan perekonomian sebesar 4,7% tahun depan; sementara itu negara-negara maju hanya diprediksi akan membiakkan 0,6% saja.
Negara-Negara G-8 Harus Hadapi Tantangan Emerging Economies
ROMA. Pemimpin dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi baru alias emerging economies meminta dengan negara-negara maju agar mereka mendapatkan peran yang lebih besar dalam manajemen perekonomian global. Hal ini menunjukkan bahwa mulai muncul kekuatan atas tekanan Barat secara finansial. Lima emerging economies yang mengusung hampir separo dari penduduk dunia itu adalah China, India, Brazil, Mexico dan Afrika Selatan. Mereka menantang hegemoni dolar AS, menolak strategi dunia industrial untuk memerangi perubahan iklim dan kini mulai mencari dukungan di pasar global dan institusi-institusi lainnya. Pemimpin dari lima negara ini merepresentasikan 3 miliar orang di dunia dengan GDP mencapai US$ 7 triliun. Mereka muncul sebagai kekuatan yang bersatu untuk yang ke-lima kalinya dalam pertemuan G-8 sejak pertemuan kelompok ini dibangun pada tahun 1975. "Apa yang terjadi disini adalah sebuah cerminan realitas. Untuk memerangi kemiskinan, perdagangan, perubahan iklim, apapun yang terjadi secara natural dalam dunia global ini, kita tetap membutuhkan emerging economies ini," tegas Angel Gurria, Secretary-General of the Organization for Economic Cooperation and Development. Sementara itu, delapan negara yang bertemu dalam pertemuan G-8 ini, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Canada, AS dan Russia, jika disatukan hanya memiliki 880 juta orang dengan GDP total US$ 32 triliun.Russia, yang bergabung bersama Brazil, India dan China di blok BRIC, melihat pertemuan G-8 ini sebagai "pemanasan" saja. Hal ini ditegaskan oleh Sergei Prikhodko, ajudan President Dmitry Medvedev. "Rasanya terlalu dini untuk menguburkan G-8," katanya. Kelompok G-5 berniat untuk meminta negara-negara maju untuk mamangkas 50% greenhouse-gas emissions pada tahun 2050. Hanya saja, belum ada target yang bisa didesain hingga pembicaraan mengenai iklim dunia dilakukan pada Desember nanti. IMF mengatakan, emerging economies yang dipimpin oleh China akan menggelindingkan perekonomian sebesar 4,7% tahun depan; sementara itu negara-negara maju hanya diprediksi akan membiakkan 0,6% saja.