Negara-negara ini borong 51% calon vaksin corona



KONTAN.CO.ID - Washington DC. Kekhawatiran terjadinya aksi borong calon vaksin corona menjadi kenyataan. Sekelompok negara kaya, mewakili 13% populasi dunia, dilaporkan memborong lebih dari separuh calon vaksin corona.

Kabar itu berdasarkan laporan organisasi non-pemerintah Oxfam yang menganalisa data yang sudah dikumpulkan oleh perusahaan analisa, Airfinity. Oxfam membuat data itu setelah meneliti kesepakatan yang dibuat perusahaan farmasi atas lima kandidat vaksin corona yang sudah memasuji uji coba tahap akhir.

Adapun lima calon vaksin corona yang masuk ke dalam penelitian mereka adalah AstraZeneca, Gamaleya/Sputnik, Moderna, Pfizer dan Sinovac. NGO itu mengalkulasi bahwa kelima obat ini jika digabungkan kapasitas produksinya bisa mencapai 5,3 miliar dosis. Cukup untuk sekitar tiga miliar penduduk dunia.


Dilansir AFP Kamis (17/9/2020), saat ini kesepakatan yang sudah diteken untuk pengadaan vaksin corona adalah 5,3 miliar dosis. Dari jumlah itu, sekitar 51% atau 2,7 miliar dosis dibeli oleh negara maju seperti AS, Inggris, Uni Eropa, Jepang, hingga Israel.

Baca juga: Lelang mobil sitaan pajak, Toyota Avanza harga mulai Rp 60-an juta, ada 4 unit

Kemudian sisanya atau 2,6 miliar dosis dibeli, atau setidaknya dijanjikan bakal didistribusikan ke Bangladesh, China, Indonesia, dan Meksiko. "Akses terhadap vaksin yang penting ini seharusnya tidak bergantung uang yang Anda punya atau di mana Anda tinggal," kata Robert Silverman dari Oxfam America.

Silverman menjelaskan, pengembangan obat bagi virus corona ini memang krusial dengan pengujiannya harus dilakukan secara hati-hati. Meski begitu, dia menekankan vaksin corona itu harus bisa diperoleh siapa pun. "Covid-19 ada di mana pun. Mereka ada di mana-mana," tegasnya.

Dalam penelusuran Oxfam, salah satu kandidat vaksin yang dikembangkan Moderna menerima transaksi sekitar 2,5 miliar dollar AS (Rp 37,1 triliun). Namun, perusahaan yang berbasis di Massachusetts itu memutuskan menjual ke negara kaya karena sudah berniat meraup keuntungan.

Karena itu, Oxfam dan organisasi lainnya menyerukan agar vaksin tersebut bisa didistribusikan secara luas, tanpa memungut biaya apa pun. "Ini bisa terjadi jika perusahaan farmasi menggratiskan paten maupun transfer ilmu, daripada memonopoli dan menjualnya ke penawar tertinggi," ujar mereka.

Mereka menjelaskan, estimasi biaya menyediakan vaksin secara luas kurang dari satu persen dibanding estimas kerugian karena Covid-19 bagi Bumi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Negara Kaya Disebut Sudah Borong Lebih dari Setengah Calon Vaksin Covid-19",

Penulis : Ardi Priyatno Utomo Editor : Ardi Priyatno Utomo

Selanjutnya: 7 Cara meningkatkan daya tahan tubuh guna mencegah serangan virus corona

Editor: Adi Wikanto