Negara-negara khawatir dengan pasokan beras Indonesia



Jakarta. Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Bulog menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu perhatian dalam Rice Trading Meeting di Phuket, Thailand 13 Oktober lalu.

Salah satu agenda penting pertemuan itu adalah membahas bagaimana dampak perubahan iklim ekstrem yang terjadi belakangan ini terhadap stok dan permintaan beras. Indonesia menjadi perhatian karena merupakan negara berpenduduk terbesar keempat dunia yang sangat bergantung pada beras.

Negara-negara lain rupanya khawatir dengan kondisi Indonesia. "Mereka menginginkan agar stok beras Indonesia tetap aman", ujarnya saat dihubungi Kontan Jumat (15/10). Rice Trading Meeting adalah forum yang mempertemukan negara-negara yang terlibat dalam perdagangan beras dunia. Saat ini banyak negara yang mulai mengadakan perubahan kebijakan ekspor beras untuk antisipasi kondisi cuaca yang tak menentu. Jumlah beras dunia yang dipasarkan hingga saat ini hanya 29 juta ton dari total persediaan hampir 700 juta ton. Di saat banyak negara mulai membatasi ekspor berasnya, Vietnam tetap berkomitmen untuk memasok beras ke Indonesia. "Mereka hanya menghentikan ekspor skala kecil saja", ujar Sutarto.


Selain itu Rusia juga telah membuat kebijakan ekspor gandum yang tentunya akan mempengaruhi harga beras dunia. India juga tidak akan mengekspor gandum meskipun surplus untuk mengantisipasi kondisi iklim ekstrem. Bulog dan pemerintah pada prinsipnya mengutamakan cukupnya cadangan beras. Yang diutamakan tentunya berasal dari stok dalam negeri. Jadi, walau bagaimanapun Indonesia harus mengambil keputusan secara cepat dan tepat namun tetap hati-hati. "Kalau memang butuh, kita harus impor", tegasnya. Ia juga mengharapkan pemerintah bisa mengakomodir tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap beras. Selama ini Bulog hanya membeli beras level medium untuk persediaan raskin. "Kami harapkan agar juga bisa membeli beras premium", harapnya. Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 7/2009, Bulog membeli beras ketika harganya jatuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.