Nego ulang ACFTA saat Wen Jiabao datang



JAKARTA. Tadi malam, Wen Jiabao, Perdana Menteri China, mendarat di Indonesia dan memulai kunjungannya di sini. Banyak yang berharap, Indonesia memanfaatkan kunjungan Wen untuk membahas beragam persoalan kedua negara, terutama di bidang perdagangan.

Maklum, timbangan perdagangan kedua negara ini masih berat sebelah. China lebih banyak menikmati keuntungan, sementara Indonesia makin terkapar, terutama semenjak penerapan pasar bebas ASEAN-China atau ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Tahun lalu, sebagai contoh, Indonesia defisit US$ 5,6 miliar dari perniagaan dengan China.

Tak heran, pengusaha berharap, Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) bisa melobi Wen agar mau duduk kembali dan membahas traktat perdagangan bebas antar kedua negara. Tujuannya jelas, kedua negara bisa sama-sama mengambil keuntungan dari ACFTA. "Ini kesempatan baik bagi Indonesia untuk mengusulkan renegosiasi ACFTA," ujar Natsir Mansyur, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Indonesia, kemarin.


Benny Soetrisno, pebisnis tekstil, menyarankan, pemerintah Indonesia bisa belajar dari AS ketika dibanjiri produk China. Akhirnya AS dan China melakukan voluntary export restraint (VER) yang memungkinkan China secara sukarela membatasi ekspor ke AS. Indonesia bisa meminta China mencabut subsidi ekspor dan membeli lebih banyak dari Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi juga memandang hubungan ekonomi kedua negara hanya menguntungkan China. Jadi menurutnya, China harus membantu Indonesia agar bisa menikmati untung juga. Hal itu bisa dilakukan dengan mengajak China berinvestasi di sini.

Toh, tampaknya, hanya segelintir harapan yang bisa terpenuhi. Sebab, pertemuan SBY dan Wen tak mengagendakan negosiasi ulang ACFTA. Kedatangan Wen ke sini lebih banyak diisi dengan serangkaian seremoni.

Walhasil, sulit mengharapkan hasil optimal dari kunjungan singkat orang berpengaruh di China ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini