Negosiasi dagang tertunda, rupiah berpotensi lanjutkan pelemahan pada Selasa (18/8)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negosiasi kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali tertunda berpotensi membuat rupiah lanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (18/8). 

Mengutip Bloomberg, Jumat (14/8), nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,14% ke Rp 14.795 per dolar AS. Kompak, rupiah di kurs tengah Bank Indonesia juga melemah 0,27% ke Rp 14.877 per dolar AS. 

Baca Juga: Waspada, IHSG berpotensi diwarnai aksi profit taking pada Selasa (17/8)


Analis Monex Investindo Futures Faisyal memproyeksikan, kurs rupiah masih akan melemah karena negosiasi kesepakatan antara Negeri Paman Sam dan China tertunda. Sebelumnya kedua negara tersebut sudah dijadwalkan untuk melakukan negosiasi pada Sabtu, (16/8). 

Sentimen yang memberatkan pergerakan nilait tukar rupiah juga datang dari data penjualan ritel inti AS yang rilis di akhir pekan lalu. Data tersebut menunjukkan, pertumbuhan yang lebih tinggi 1,9% dari konsensus di 1,3% untuk periode Juli. 

"Data AS yang bagus dan masih tertundanya negosiasi AS dan China memicu pelemahan rupiah," kata dia, Jumat (15/8). 

Selain itu, dari dalam negeri Faisyal melihat dengan semakin banyaknya kasus Covid-19 tambahan juga mempengaruhi rupiah spot bergerak melemah. 

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana juga memproyeksikan, pelemahan rupiah masih akan terjadi karena yield US Treasury AS bergerak naik di akhir pekan lalu. Ini merupakan respon dari data ekonomi AS yang membaik. 

Baca Juga: Deretan uang rupiah khusus edisi Kemerdekaan RI, ada pecahan Rp 850.000

"Meningkatnya yield US Treasury menggambarkan secara makro dan sentimen pasar sedang memihak dollar AS untuk menguat, rupiah masih akan terdepresiasi," lanjut dia. 

Faisyal memproyeksikan, besok rupiah bergerak dengan cenderung melemah di rentang Rp 14.700 hingga Rp 14.920 per dolar AS. Sementara, Fikri memprediksi, nilai tukar rupiah bergerak di Rp 14.700-Rp 14.900 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari