Nelayan binaan Pupuk Kaltim siap penuhi kebutuhan ekspor kerapu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koperasi Nelayan Bontang Ekonomi Pariwisata dan Maritim (Kopnel BEM) binaan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT), kembali menunjukkan peningkatan produktivitas hasil perikanan laut melalui program Keramba Jaring Apung (KJA). Sebanyak 1 ton Kerapu berbagai jenis hasil budidaya Kopnel BEM, penuhi permintaan konsumen untuk kebutuhan ekspor dari Indonesia Timur. 

Ketua Kopnel BEM Mukhtar, mengungkapkan permintaan kerapu datang dari pengusaha asal Berau Kalimantan Timur, melihat tingginya produktivitas budidaya KJA dengan hasil yang bisa bersaing. Permintaan terdiri dari 5 jenis Kerapu, yakni Kerapu Macan, Kerapu Tikus, Kerapu Lumpur, Kerapu Sunu dan Kerapu Cantik. “Totalnya ada 1.248 ekor Kerapu dengan berat berkisar lebih dari 1 ton,” ujar Mukhtar dalam keterangannya, Senin (1/11).

Selain bobot dan kapasitas yang mampu dipenuhi, Kopnel BEM turut memberi jaminan komoditas dengan kelengkapan Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI) serta melalui pemeriksaan komoditi hasil perikanan oleh instansi terkait. Begitu juga untuk kelayakan, dilengkapi dengan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Mutu Hasil Perikanan Domestik yang dikeluarkan Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu. “Kita memberikan surat jalan serta pemeriksaan lengkap, sehingga keamanan maupun kesehatan ikan dipastikan terjamin,” tambah Mukhtar. 


Lebih lanjut, penjualan skala besar sudah kesekian kali dilakukan Kopnel BEM untuk komoditas Kerapu maupun lobster, disamping pengembangan usaha rumah makan terapung di area KJA. Bahkan dalam 3 tahun terakhir, produktivitas Kerapu Kopnel BEM mencapai 36 ton, atau 1-2 ton untuk 1 kali panen. 

Baca Juga: Bantu stabilkan harga, Malindo Feedmill (MAIN) serap telur peternak rakyat

Pencapaian ini diakui berkat pembinaan dari PKT dengan berbagai pengembangan potensi dan perluasan budidaya, yang kini telah direplikasi ke berbagai wilayah pesisir, seperti Bontang Kuala dan Pulau Gusung. “Hasilnya juga sangat dirasakan para nelayan, baik tingkat kesejahteraan maupun produktivitas melaut. Sejak Kopnel BEM dibentuk, makin banyak nelayan yang bergabung menjadi binaan PKT,” terang Mukhtar. 

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi, mengaku optimis pengembangan program Creating Shared Value (CSV) di sektor budidaya perikanan laut mampu tercapai secara optimal, melihat produktivitas Kopnel BEM yang berhasil meningkatkan pemasaran dalam memenuhi permintaan berbagai pihak. Tercatat, sepanjang 2021 hasil panen kerapu Kopnel BEM mencapai lebih dari 5 ton ditambah 500 kg lobster siap konsumsi.

Keberhasilan ini adalah bagian dari target pembinaan PKT, dengan memberi nilai tambah bagi nelayan untuk pengembangan usaha dan kapasitas secara berkesinambungan.

Program ini juga merupakan bagian dari komitmen PKT terhadap lingkungan dan ekosistem perairan, melalui peningkatan produktivitas nelayan di tengah potensi perikanan Indonesia yang terbilang besar. “Hal ini diharap akan mendorong terciptanya kemandirian nelayan Bontang, sehingga saat PKT tidak lagi melakukan pendampingan, nelayan binaan mampu terus tumbuh dan berkembang dari usaha yang dijalani,” tutur Rahmad. 

Baca Juga: Harga karet naik, Pinago Utama (PNGO) ikut ketiban untung

Program CSV KJA telah berjalan sejak 2016, dengan total nelayan binaan yang tergabung di Kopnel BEM sebanyak 88 orang. Pembinaan tak hanya berupa pendampingan budidaya perikanan saja, tapi juga penguatan kelembagaan dan kapasitas kelompok, sertifikasi nelayan, hingga manajemen pemasaran yang sebelumnya menjadi kendala utama sektor budidaya di Kota Bontang.

Selain itu PKT juga membantu pembangunan kantor Kopnel BEM, agar sektor usaha dapat dikelola dengan lebih baik dan profesional, sehingga membuka peluang lebih luas untuk pengembangan usaha, yang dibarengi dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat. “Semoga panen Kerapu dan lobster Kopnel BEM terus meningkat ke depannya, termasuk produktivitas dan kesejahteraan nelayan yang jauh lebih signifikan,” pungkas Rahmad. 

Selanjutnya: Harga CPO melejit, analis sebut kondisi ini bentuk pemulihan ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi