KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada April 2020 mengalami defisit US$ 344,7 juta alias US$ 0,35 miliar, setelah pada bulan sebelumnya tercatat surplus US$ 715,7 juta. "Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas sejalan dengan dampak pandemi Covid-19 yang merebak ke seluruh dunia," jar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Jumat (15/5). Baca Juga: IHSG merosot 1,95% dalam sepekan, pelemahan bisa berlanjut pekan depan
Lebih lanjut, bank sentral juga melihat defisit neraca dagang April 2020 juga dipengaruhi oleh defisit neraca dagang minyak dan gas (migas) dan nonmigas. Neraca dagang migas pada bulan tersebut mengalami defisit US$ 243,8 juta atau lebih landai dari defisit bulan Maret 2020 yang sebesar US$ 953,3 juta. Penurunan defisit ini terutama dipengaruhi oleh penurunan impor migas sejalan dengan penurunan harga migas. Sementara itu, neraca dagang nonmigas tercatat defisit US$ 100,9 juta pada April 2020. Ini juga menurun dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya yang surplus US$ 1,67 miliar. Perkembangan ini disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor produk manufaktur dan bahan baka mineral, khususnya batubara. "Akan tetapi, pertumbuhan beberapa ekspor komoditas seperti emas, besi dan baja, serta minyak dan lemak nabati dapat menahan penurunan ekspor nonmigas yang lebih dalam," tambah bank sentral.