Neraca dagang Indonesia pada Mei 2014 bisa surplus



JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2014 berpotensi kembali surplus. Surplus neraca dagang disebabkan karena ekspor non migas disinyalir akan mengalami peningkatan dan memberi pengaruh positif.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, prediksi itu berdasarkan kondisi terakhir yang dipantau BI. Menurutnya ekspor non migas akan mengalami peningkatan yang cukup baik. Selain ekspor non migas, ekspor non mineral pun mengalami perbaikan. "Jadi kelihatannya di bulan Mei itu akan kembali positif dan itu satu kondisi yang baik," ujarnya, akhir pekan lalu.

Asal tahu saja, ekspor non migas pada bulan April 2014 mencapai US$ 11,66 miliar atau turun 7,09% dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 12,55 miliar. Mengenai seberapa besar kondisi surplus yang bisa terjadi pada bulan Mei, Agus tidak menjelaskan lebih lanjut.


Mantan Menteri Keuangan ini mengaku secara umum kondisi ekspor pada triwulan II masih cenderung tertekan karena harga komoditas-komoditas utama Indonesia seperti kelapa sawit dan batubara cukup rendah. Ekspor batubara rendah karena permintaan yang rendah, sedangkan kelapa sawit karena faktor musiman. Dalam upaya meningkatkan ekspor, BI mengharapkan adanya upaya peningkatan diversifikasi ke negara-negara tujuan penerima.

Menteri Keuangan Chatib Basri menyambut positif prediksi neraca dagang surplus dari BI. Pemerintah juga melihat adanya potensi surplus. Hal ini sebagai akibat ekspor crude palm oil (CPO) alias minyak kelapa sawit yang membaik pada bulan Mei. Kemarin pada April, ekspor CPO anjlok sehingga neraca dagang April mengalami defisit sebesar US$ 1,96 miliar.

Ekspor CPO turun karena produksi minyak kacang kedelai meningkat sehingga harganya murah. Permintaan untuk kacang kedelai pun temporer. Dengan rupiah yang berada pada kisaran 11.000-11.700 per dolar AS, impor pun akan lebih rendah.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga berpendapat sama. Walaupun menurutnya surplus yang akan terjadi minim. Impor yang meningkat di April mencapai US$ 16,26 miliar sebagai akibat kenaikan impor ponsel untuk mengantisipasi pajak penjualan atas barang mewah (PPNBM) yang diwacanakan pemerintah.

Sehingga, impor pada bulan Mei akan lebih rendah. Sekedar mengingatkan, impor ponsel April mencapai US$ 332,17 juta. Nilai ini naik 58,9% dari impor pada bulan sebelumnya yang sebesar US$ 209,05 juta. Sedangkan untuk ekspor pada bulan Mei, menurut David, akan ada perbaikan sedikit pada harga. "Kalau yang naik mungkin pengaruh volumenya," tandasnya.

Di sisi lain, Kepala Ekonom BII Juniman menilai membaiknya kinerja ekspor pada Mei membaik karena adanya perbaikan ekspor non migas yaitu manufaktur. Sedangkan untuk impornya akan mengalami penurunan. Apalagi importir sudah melakukan impor besar pada bulan April sebagai persiapan lebaran, sehingga akan menurun pada bulan Mei.

Untuk impor minyak menjelang lebaran, menurut Juniman, baru akan dilakukan Pertamina pada bulan Juni sebagai bentuk antisipasi. Karena itu dirinya memperkirakan neraca dagang Mei bisa surplus US$ 100 juta-US$ 200 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa