KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 3,26 miliar pada September 2024. Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Hingga September 2024, akumulasi surplus tercatat mencapai US$ 21,98 miliar. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, menyampaikan, konsistensi tren surplus ini merupakan kabar yang baik, membuktikan daya tahan ekonomi kita di tengah stagnasi ekonomi global.
Baca Juga: Data Neraca Perdagangan Hingga Sentimen AS Bikin Rupiah Melemah Selasa (15/10/2024) “Hal tersebut juga mencerminkan ekonomi kita yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif, tentunya hal ini menjadi modal yang baik untuk masa yang akan datang,” tutur Febrio dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/10). Febrio menambahkan, di tengah tekanan PMI manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 pada September 2024, aktivitas ekspor Indonesia pada September 2024 masih tercatat sebesar US$ 22,08 miliar ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,13%
year on year (yoy). Sementara itu, ekspor sektor migas tercatat mengalami penurunan. Kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas, di antaranya besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan/permata.
Baca Juga: BPS: Surplus Neraca Perdagangan September 2024 Mencapai US$ 3,26 Miliar Secara sektoral, pertumbuhan terbesar ada pada sektor pertanian sebesar 38,76% yoy, diikuti sektor pertambangan dan lainnya sebesar 9,03% yoy, dan juga sektor industri pengolahan sebesar 7,11% yoy. Lebih lanjut, China, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi negara mitra utama dengan kontribusi ketiganya sebesar 43,57% terhadap total ekspor nonmigas Indonesia.
Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari sampai dengan September 2024 tercatat mencapai US$ 192,85 miliar. Sementara itu, impor bulan September 2024 tercatat sebesar US$ 18,82 miliar, naik 8,55% yoy. Kenaikan impor tersebut didorong oleh kenaikan impor nonmigas mencapai 16,29% yoy, di tengah penurunan impor migas 24,04% yoy.
Baca Juga: Neraca Perdagangan September 2024 Diprediksi Capai US$ 2,92 Miliar Kenaikan tertinggi terjadi pada impor barang modal sebesar 18,44% yoy, disusul oleh impor barang konsumsi sebesar 11,30% yoy dan bahan baku penolong sebesar 5,87% yoy.
Editor: Noverius Laoli