Neraca dagang Juli diprediksi surplus



KONTAN.CO.ID - Kembali normalnya aktivitas perdagangan internasional pasca lebaran membuat ekspor dan impor Juli tahun ini diperkirakan meningkat dibanding Juli 2016. Hal ini menyebabkan surplus neraca perdagangan Juli yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Selasa (15/8), diperkirakan surplus, tetapi lebih rendah dari Juni.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan, surplus neraca perdagangan Juli 2017 sebesar US$ 845 juta. Jumlah itu separuhnya dari surplus neraca perdagangan Juni yang mencapai US$ 1,63 miliar.

Secara tahunan, ia memperkirakan ekspor dan impor masing-masing naik 38,2% year on year (yoy) dan 36,7% yoy. "Kenaikan ini masing-masing karena efek normalisasi pasca Idul Fitri," kata Andry kepada KONTAN belum lama ini. Sementara Juli tahun lalu masih masuk masa lebaran.


Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan ekspor dan impor bulan lalu masing-masing tumbuh 35,7% dan 34,5%. Sehingga surplus neraca dagang Juli mencapai US$ 965 juta.

Josua bilang, laju ekspor tersebut ditopang oleh tren kenaikan harga kelapa sawit selama Juli serta peningkatan volume ekspor sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Sementara peningkatan impor, terindikasi dari tren peningkatan penjualan semen serta peningkatan kapasitas produksi karena ekspektasi kenaikan indeks tendensi bisnis pada kuartal ketiga tahun ini.

Namun demikian, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksi, surplus neraca perdagangan lebih tinggi lagi, yaitu mencapai US$ 1 miliar. Walaupun jumlah itu juga masih lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Bhima melihat, kinerja ekspor dan impor akan naik, tetapi masih terbatas. "Kinerja impor nampaknya masih terbatas pada impor barang jadi. Sementara untuk impor bahan baku dan penolong tidak mengalami kenaikan yang signifikan," kata Bhima.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan surplus neraca dagang Juli lebih tinggi lagi, mencapai US$ 1,37 miliar karena ekspor dan impor masing-masing naik 39,24% yoy dan 32,03% yoy. Walau angka itu juga lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Menurut Juniman, surplus neraca dagang tersebut tergolong tinggi lantaran impor yang telah memasuki semester kedua, belum naik terlalu kencang dibanding bulan Mei saat aktivitas perdagangan internasional dalam kondisi normal. "Karena aktivitas manufaktur ritel di dalam negeri stagnan sehingga kebutuhan impor bahan baku tidak banyak," katanya.

Sejalan dengan aktivitas impor yang belum terlalu kencang, Juniman memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga dan keempat tahun ini membaik, tetapi belum terlalu besar. Ia meramal, ekonomi kuartal ketiga dan keempat hanya tumbuh 5,12%-5,13% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati