Jakarta. Surplus neraca perdagangan bisa berlanjut. Bank Indonesia (BI) memproyeksi neraca perdagangan Mei 2016 surplus US$ 400 juta. Surplus ini memperpanjang tren empat bulan terakhir. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung bilang, surplus hingga US$ 400 juta pada Mei 2016 disebabkan net ekspor nonmigas yang tinggi. "Sementara migas perkirakan defisit," katanya, kepada KONTAN, Selasa (14/6). Proyeksi surplus juga diungkapkan ekonom Maybank Juniman. Dia bilang kinerja ekspor impor Mei naik dibanding bulan April. Ekspor Mei naik menjadi US$ 11,76 miliar dari April US$ 11,45 miliar. "Proyeksi trade balance surplus US$ 436 juta," katanya.
Peningkatan ekspor ditopang kenaikan harga sejumlah harga komoditas, seperti minyak, CPO, gas, emas, dan logam. Sementara volume ekspor cenderung stabil lantaran permintaan global yang belum membaik secara signifikan. Dari sisi impor, kenaikan terjadi karena faktor musiman. Permintaan domestik naik untuk mencukupi kebutuhan puasa dan lebaran. Kenaikan impor terutama pada barang konsumsi, dan bahan baku dan penolong. Sementara impor barang modal hanya sedikit meningkat. Juniman bilang, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, nilai ekspor Mei 2016 turun 8,03% (YoY). Sementara impor turun 3,26% (YoY). "Ini memang dampak pelambatan ekonomi di tingkat global dan domestik," tambahnya. Dia memperkirakan surplus neraca dagang akan berlanjut hingga akhir tahun ini akibat laju pertumbuhan ekonomi tidak secepat yang dibayangkan. Hingga Juni 2016, daya daya beli masyarakat belum menujukkan perbaikan signifikan dan belanja pemerintah belum bergerak cepat. "Sampai akhir tahun, diperkirakan surplus sekitar US$ 4 miliar-US$ 5 miliar, sedikit turun dibanding tahun lalu US$ 7 miliar," ungkapnya.
Sedangkan Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi neraca perdagangan Mei 2016 surplus US$ 686 juta. Secara bulanan, ekspor naik 1,5% dan impor naik 1,45%. Sementara secara tahunan, ekspor turun 8,4% dan impor turun 5,8%. Peningkatan impor terjadi karena meningkatnya harga komoditas. Josua mencatat, rata-tata harga minyak Mei 2016 sebesar US$ 47 per barel, naik 14% dibanding rata-rata bulan sebelumnya. Harga batu bara Mei 2016 sebesar US$ 51 per metrik ton, meningkat dibanding bulan sebelumnya US$ 50 per metrik ton. "Kurs rupiah juga relatif melemah di Mei. Itu menjadi salah satu faktor neraca perdagangan berpeluang surplus," katanya. Lalu Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memproyeksi, neraca perdagangan Mei surplus US$ 1 miliar. Baik ekspor maupun impor mulai meningkat, ditandai dengan penurunan ekspor dan impor secara YoY yang lebih rendah. Gundy memperkirakan ekspor turun 4% (YoY) dan impor turun 4,1% (YoY). BPS akan mengumumkan kinerja perdagangan ekspor dan impor Mei 2016, pada hari Rabu ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto