KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca dagang Indonesia bulan Agustus 2022 di prediksi masih mengalami surplus, meskipun nilainya bisa lebih kecil dari bulan Juli 2022. Proyeksi neraca dagang surplus ini lantaran sejumlah harga komoditas utama penyumbang ekspor Indonesia masih mengalami kenaikan, terutama komoditas sumber daya alam dan pertambangan. Menurut jadwal, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono akan menyampaikan pers rilis Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Agustus 2022, pada pukul 11.00 WIB siang ini.
Baca Juga: Rilis Data Neraca Perdagangan Jadi Penggerak Rupiah pada Kamis (15/9) Berdasarkan catatan KONTAN, harga komoditas penopang ekspor Indonesia seperti batubara dalam sebulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 9,01%. Berdasarkan catatan tradingeconmics, harga batubara pada hari ini di kisaran US$ 444,2 per ton. Selain batubara, komoditas unggulan ekspor lainnya yakni minyak sawit mentah alias crude palm oil. Hanya saja tak seperti harga batubara yang membara, harga minyak sawit mentah cenderung tergelincir hingga 8,54% dalam sebulan terakhir di level US$ 3.825 per ton Komoditas sumber daya alam lainnya yang juga menjadi penopang ekspor Indonesia tercatat mengalami kenaikan harga di pasar global. Misalnya harga nikel mengalami kenaikan sebesar 10,57% sebulan terakhir menjadi US$ 24.257 per ton. Baca Juga: Neraca Dagang Agustus Berpeluang Kembali Surplus Sementara harga aluminium mengalami penurunan sbesar 4.81% sebulan terakhir hingga hari ini seharga US$ 2.275 per ton Sebelumnya ekonom memprediksi neraca perdagangan Indonesia diramal masih bisa mencatatkan surplus pada bulan Agustus 2022. Namun, surplus kali ini akan menyusut. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, surplus neraca perdagangan pada Agustus 2022 sebesar US$ 3,69 miliar, turun dari surplus pada bulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,23 miliar. Turunnya surplus tersebut, didorong oleh tekanan kinerja ekspor. "Ketakutan akan resesi global kembali tumbuh, sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter global yang lebih agresif untuk menekan inflasi," kata Faisal, Selasa (13/9). Faisal memperkirakan, ekspor turun 0,10% month to month (mtm). Di sisi lain, nilai impor diperkirakan naik 2,35% mtm.