JAKARTA. Kondisi neraca perdagangan Indonesia di bulan September 2013 diperkirakan akan kembali positif. Sebelumnya, di Agustus neraca dagang surplus sebesar US$ 132,4 juta.Surplus yang terjadi di Agustus 2013 dikarenakan nilai impor yang turun signifikan. Dibanding Juli 2013, impor Agustus yang mencapai US$ 13,03 miliar itu turun 25,2%. Sedang ekspor sendiri pun mengalami penurunan sebesar 12,77% menjadi US$ 13,16 miliar di Agustus.Nah, nilai impor yang menurun ini dilihat masih akan terjadi di September. Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasentyantoko mengatakan impor ke depannya akan mengalami trend penurunan akibat kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia (BI).Kenaikan suku bunga menjadi 7,25% menyebabkan minat beli masyarakat menurun. Alhasil impor pun menurun. Karena itu Prasentyantoko menilai surplus akan terjadi lagi di September. "Surplusnya kurang lebih sama besarannya dengan Agustus," ujar Prasentyantoko.Oleh sebab itu, dirinya melihat defisit neraca perdagangan di kuartal III 2013 akan lebih baik dibanding kuartal II 2013. Dampaknya, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pun akan menguat di mana rupiah akan bergerak di level 10.900 hingga akhir tahun. Rupiah yang menguat ini terlepas dari permasalahan quantitative easing ataupun pagu utang alias debt ceiling AS.Senada dengan Prasentyantoko, pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam pun memperkirakan akan terjadi surplus. Berbeda dengan Prasentyantoko yang lebih melihat impornya mengalami tren penurunan, Latif melihat ekspornya yang akan mengalami tren peningkatan sehingga terjadi surplus.Faktor ekonomi global yang membaik menjadi pendorong membaiknya kinerja ekspor. Misalnya, kebijakan pagu utang AS yang terselesaikansetidaknya hingga Februari tahun depan. "Ini yang akan memberikan sentimen positif," tutur Latif.Berbeda dengan dua prediksi sebelumnya, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai neraca dagang di September akan kembali mengalami defisit sekitar US$ 250 juta. Kondisi perdagangan akan kembali ke normal sehingga impor kembali menjadi sekitar US$ 15 miliar.Surplus yang terjadi di Agustus adalah akibat aktivitas ekonomi yang turun 30% karena masa puasa Idul Fitri. Sementara itu, di sisi ekspornya sendiri tidak akan mengalami perbaikan yang signifikan. Sehingga defisit neraca dagang di kuartal III 2013 secara total bisa mencapai US$ 2,5 miliar.Kondisi ini tentunya akan memberi tekanan pada nilai tukar rupiah. "Kisaran 11.000 hingga akhir tahun," tandas David.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Neraca dagang September disinyalir kembali surplus
JAKARTA. Kondisi neraca perdagangan Indonesia di bulan September 2013 diperkirakan akan kembali positif. Sebelumnya, di Agustus neraca dagang surplus sebesar US$ 132,4 juta.Surplus yang terjadi di Agustus 2013 dikarenakan nilai impor yang turun signifikan. Dibanding Juli 2013, impor Agustus yang mencapai US$ 13,03 miliar itu turun 25,2%. Sedang ekspor sendiri pun mengalami penurunan sebesar 12,77% menjadi US$ 13,16 miliar di Agustus.Nah, nilai impor yang menurun ini dilihat masih akan terjadi di September. Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasentyantoko mengatakan impor ke depannya akan mengalami trend penurunan akibat kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia (BI).Kenaikan suku bunga menjadi 7,25% menyebabkan minat beli masyarakat menurun. Alhasil impor pun menurun. Karena itu Prasentyantoko menilai surplus akan terjadi lagi di September. "Surplusnya kurang lebih sama besarannya dengan Agustus," ujar Prasentyantoko.Oleh sebab itu, dirinya melihat defisit neraca perdagangan di kuartal III 2013 akan lebih baik dibanding kuartal II 2013. Dampaknya, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pun akan menguat di mana rupiah akan bergerak di level 10.900 hingga akhir tahun. Rupiah yang menguat ini terlepas dari permasalahan quantitative easing ataupun pagu utang alias debt ceiling AS.Senada dengan Prasentyantoko, pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam pun memperkirakan akan terjadi surplus. Berbeda dengan Prasentyantoko yang lebih melihat impornya mengalami tren penurunan, Latif melihat ekspornya yang akan mengalami tren peningkatan sehingga terjadi surplus.Faktor ekonomi global yang membaik menjadi pendorong membaiknya kinerja ekspor. Misalnya, kebijakan pagu utang AS yang terselesaikansetidaknya hingga Februari tahun depan. "Ini yang akan memberikan sentimen positif," tutur Latif.Berbeda dengan dua prediksi sebelumnya, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai neraca dagang di September akan kembali mengalami defisit sekitar US$ 250 juta. Kondisi perdagangan akan kembali ke normal sehingga impor kembali menjadi sekitar US$ 15 miliar.Surplus yang terjadi di Agustus adalah akibat aktivitas ekonomi yang turun 30% karena masa puasa Idul Fitri. Sementara itu, di sisi ekspornya sendiri tidak akan mengalami perbaikan yang signifikan. Sehingga defisit neraca dagang di kuartal III 2013 secara total bisa mencapai US$ 2,5 miliar.Kondisi ini tentunya akan memberi tekanan pada nilai tukar rupiah. "Kisaran 11.000 hingga akhir tahun," tandas David.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News