Neraca dagang surplus dua bulan, CAD diramal membaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca dagang dalam dua bulan berturut-turut, yakni Februari dan Maret 2019 berpotensi sedikit memperbaiki defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) pada kuartal pertama ini.

CAD Indonesia terus melebar di setiap kuartal pada tahun lalu. "Kalau neraca perdagangan kita defisit, semakin besar CAD kita," kata Piter Abdullah, Ekonom Center of Reform on Economics saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/4).

Awal pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan defisit neraca dagang kumulatif Januari-Maret 2019 atau kuartal I-2019 cukup tipis yakni US$ 193 juta. Piter memprediksi CAD kuartal I-2019 berkisar US$ 6 miliar-US$ 8 miliar atau 2,5%-2,6% dari produk domestik bruto (PDB). 


Begitu juga dengan ekonom Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro yang memprediksi CAD sekitar 2,5% dari PDB.

Kondisi tersebut membaik apabila dibandingkan dengan CAD kuartal IV-2018 yang mencapai 3,57% dari PDB. Tapi, angka prediksi ini masih lebih buruk jika dibandingkan dengan CAD kuartal I-2018 yang mencapai 2,07% dari PDB.

Namun, bila melihat kondisi sepanjang 2018, CAD terus melebar. Secara berturut-turut CAD kuartal I-2018 hingga kuartal IV-2018 adalah 2,07%, 3,01%, 3,28% dam 3,57% dari PDB. Maka kondisi CAD kuartal I-2019 dapat dikatakan membaik.

"Memang jangan dibandingkan dengan triwulan I-2018, sebaiknya melihat perkembangan kuartal ke kuartal," jelas Piter.

Sejalan dengan kondisi neraca transaksi berjalan, jelas Piter, kondisi neraca dagang Indonesia sepanjang 2018 sangat buruk terutama karena pertumbuhan impor sangat besar sementara ekspor melambat yang diakibatkan harga komoditas andalan melemah.

Sedangkan pada tahun ini dia meyakini neraca dagang akan terus membaik. "Pertumbuhan impor akan melambat di tengah sedikit membaiknya ekspor khususnya ekspor non-migas," jelas dia.

Perlambatan impor sepanjang tahun ini utamanya karena perlambatan impor barang modal dan bahan baku, setelah pada tahun 2018 tumbuh sangat tinggi. 

Menguatkan pernyataan tersebut, bulan lalu (27/3) Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara juga sempat menyatakan nilai impor barang modal terkait infrastruktur sepanjang 2018 mencapai US$ 6 miliar. Sehingga tanpa impor tersebut, CAD sepanjang 2018 bisa hanya 2,5% dari PDB.

Perbaikan kondisi neraca dagang yang mendukung perbaikan CAD juga dijelaskan oleh Ari Kuncoro. Perbaikan tersebut didorong oleh meningkatnya ekspor pertanian, industri pengolahan dan pertambangan. BPS mencatat sektor tersebut masing-masing tumbuh 15,91% secara bulanan, 9,48% secara bulanan, dan 31,08%.

"Kalau yang komoditi meningkat belum tentu bagus. Tetapi yang lain ketiganya naik jadi ada peluang April 2019 surplus lagi," jelas Ari.

Perbaikan tersebut akan lebih lebih cepat apabila perjanjian damai antara Amerika Serikat (AS) dan China segera terealisasi. Sebab, jelas Ari, perdagangan dunia menerapkan konsep forward looking expectation. Sehingga apabila ada gejala positif maka pasar merespon dengan cepat sehingga terlihat dari pergerakan neraca dagang yang mengalami surplus.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemko) Ekonomi Iskandar Simorangkir juga melihat kinerja neraca dagang mengalami perbaikan. Ke depan fokus pemerintah meningkatkan ekspor ke negara-negara non tradisional dan simplifikasi prosedur ekspor dalam jangka pendek. "Serta picking the winner barang-barang ekspor yang mempunyai keunggulan komparatif," jelas dia

Antara lain sektor industri 4.0 terdiri dari industri otomotif, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, elektronik, dan kimia. Selanjutnya industri perikanan segar dan olahan, permesinan umum, furnitur, produk kayu dan kertas, peralatan kesehatan dan industri sepeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati