Neraca pembayaran akhir tahun bakal surplus lagi



JAKARTA. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada akhir tahun ini diperkirakan bakal kembali surplus. Surplus terjadi seiring dengan masuknya  sejumlah aset milik warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri melalui skema repatriasi dari amnesti pajak.

Direktur Eksekutif Departemen Statistik dan Moneter Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistyowati bilang, dana repatriasi telah berdampak terhadap surplus neraca transaksi modal dan finansial kuartal III tahun ini, yang tercatat sebesar US$ 9,4 miliar. Jumlah itu lebih tinggi dibanding kuartal II-2016 yang sebesar US$ 7,5 miliar dan kuartal III-2015 sebesar US$ 184 juta.

Pada periode itu, defisit komponen investasi lain tercatat US$ 2,3 miliar atau lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya US$ 3,7 miliar. Perbaikan itu dipengaruhi nilai aset yang mencatat surplus US$ 1,99 miliar, jauh lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 3,24 miliar. "Itu karena orang yang punya rekening di luar negeri, ditarik masuk ke dalam," kata Hendy,  akhir pekan lalu. Pada kuartal III-2016, NPI surplus US$ 5,7 miliar.


Surplus lebih kecil

Menurut Hendy, masuknya dana repatriasi di Desember 2016 akan menguntungkan neraca transaksi modal dan finansial. Dana repatriasi bisa mengkompensasi potensi capital outflow, karena sentimen pemilihan Presiden AS. "Menurut ketentuan dana repatriasi harus masuk sampai Desember 2016," tambahnya

Selain repatriasi, suplus NPI juga dipengaruhi neraca transaksi berjalan, khususnya neraca perdagangan. Tanpa mengatakan nilainya, hingga Oktober 2016, neraca perdagangan diperkirakan masih surplus. BPS mencatat neraca perdagangan September 2016 surplus US$ 1,22 miliar dan menjadi yang tertinggi selama 13 bulan terakhir.

Hendy memprediksi, di akhir tahun, kegiatan ekspor dan impor meningkat seiring optimalisasi belanja pemerintah di akhir tahun. Hal ini meningkatkan kinerja impor khususnya barang modal. Hendy memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal keempat berada di zona aman sekitar 2,5% produk domestik bruto (PDB).

Ekonom Kenta Institue Eric Sugandi juga memproyeksikan NPI kuartal keempat tahun ini masih mencatat surplus. Surplus terjadi karena neraca transaksi berjalan masih mencatat defisit yang rendah. Di sisi lain surplus neraca modal dan finansial terbantu oleh masuknya dana repatriasi dari amnesti pajak, walaupun capital outflow karena sentimen terpilihnya Trump sebagai Presiden AS berpotensi berlanjut.

Tapi, ada risiko surplus NPI lebih kecil dibanding kuartal ketiga kalau investasi portofolio dan investasi langsung lebih kecil. "Sebab, investor asing masih menunggu dan melihat (wait and see) perkembangan ekonomi AS," kata Eric. Ia belum bisa memproyeksikan perkiraan suplus NPI di akhir tahun.       n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia