JAKARTA. Neraca perdagangan di bulan April diperkirakan akan mengalami defisit. Padahal dalam dua bulan sebelumnya neraca perdagangan mengalami surplus secara berturut-turut. Menurut ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistyaningsih, penyebab kemungkinan neraca dagang April defisit karena turunnya jumlah ekspor. Penurunan tersebut bukan hanya terjadi di sisi volume saja, tetapi juga di sisi harga komoditas. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan adalah batubara, crude palm oil (CPO) atau minyak sawit. "Sementara perlambatan pertumbuhan ekonomi China membuat permintaan ekspor terhadap Indonesia berkurang," ujar Lana, Kamis (29/5) kepada KONTAN. Dengan demikian, Lana memperkirakan ekspor akan turun sebesar 0,5% jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara jika dibandingkan dengan tahun 2013 pada periode yang sama atau year on year (yoy) masih tumbuh sebesar 0,74%. Di sisi lain, jumlah impor justru diperkirakan akan tumbuh 4,8% dibanding bulan Februari 2014, dan turun sebesar 7,46% yoy. Dengan pertimbangan itu, Lana memperkirakan defisit neraca dagang akan mencapai US$ 100,7 juta. Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti bilang defisit neraca dagang akan mencapai US$ 400 juta. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah impor karena pola musiman. Destry bilang setiap menjelang bulan puasa aktivitas impor memang selalu mengalami geliat dengan aktivitasnya yang lebih besar. Sementara itu, ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto memperkirakan neraca dagang bulan April masih berpotensi surplus sebesar US$ 400 juta Namun demikian, Ryan memperkirakan dalam bulan-bulan berikutnya pemerintah akan sulit mempertahankan trend surplus tersebut. Sebab kebutuhan akan barang-barang impor akan semakin meningkat. Asal tahu saja, pada bulan Maret 2014 lalu neraca dagang mengalami surplus sebesar US$ 0,68 miliar, dengan jumlah ekspor sebesar US$ 15,22 miliar dan impor sebesar US$ 14,53 miliar. Sementara untuk sepanjang tahun ini, sejak bulan Januari-Maret 2014 neraca perdagangan juga masih surplus sebesar US$ 0,27 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Neraca perdagangan April defisit, ini kata Ekonom
JAKARTA. Neraca perdagangan di bulan April diperkirakan akan mengalami defisit. Padahal dalam dua bulan sebelumnya neraca perdagangan mengalami surplus secara berturut-turut. Menurut ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistyaningsih, penyebab kemungkinan neraca dagang April defisit karena turunnya jumlah ekspor. Penurunan tersebut bukan hanya terjadi di sisi volume saja, tetapi juga di sisi harga komoditas. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan adalah batubara, crude palm oil (CPO) atau minyak sawit. "Sementara perlambatan pertumbuhan ekonomi China membuat permintaan ekspor terhadap Indonesia berkurang," ujar Lana, Kamis (29/5) kepada KONTAN. Dengan demikian, Lana memperkirakan ekspor akan turun sebesar 0,5% jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara jika dibandingkan dengan tahun 2013 pada periode yang sama atau year on year (yoy) masih tumbuh sebesar 0,74%. Di sisi lain, jumlah impor justru diperkirakan akan tumbuh 4,8% dibanding bulan Februari 2014, dan turun sebesar 7,46% yoy. Dengan pertimbangan itu, Lana memperkirakan defisit neraca dagang akan mencapai US$ 100,7 juta. Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti bilang defisit neraca dagang akan mencapai US$ 400 juta. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah impor karena pola musiman. Destry bilang setiap menjelang bulan puasa aktivitas impor memang selalu mengalami geliat dengan aktivitasnya yang lebih besar. Sementara itu, ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto memperkirakan neraca dagang bulan April masih berpotensi surplus sebesar US$ 400 juta Namun demikian, Ryan memperkirakan dalam bulan-bulan berikutnya pemerintah akan sulit mempertahankan trend surplus tersebut. Sebab kebutuhan akan barang-barang impor akan semakin meningkat. Asal tahu saja, pada bulan Maret 2014 lalu neraca dagang mengalami surplus sebesar US$ 0,68 miliar, dengan jumlah ekspor sebesar US$ 15,22 miliar dan impor sebesar US$ 14,53 miliar. Sementara untuk sepanjang tahun ini, sejak bulan Januari-Maret 2014 neraca perdagangan juga masih surplus sebesar US$ 0,27 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News