JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan pada bulan April 2013 kembali mengalami defisit sebesar US$ 1,62 miloiar. Padahal pada bulan Maret 2013, neraca perdagangan mengalami surplus. Menurut Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar, defisit yang terjadi dipengaruhi oleh defisit di sisi perdagangan minyak dan gas bumi (migas). Mahendra menjelaskan, kalau dari sisi perdagangan non migas justru mengalami surplus sebesar US$ 2,7 miliar, namun defisit di sisi mogas lebih tinggi yaitu sebesar US$ 4,6 miliar. Oleh sebab itu, kalau ingin memperbaiki neraca perdagngan dalam jangka panjang, menurutnya harus diperbaiki kebijakan di sektor migas. Tingginya permintaan produk migas dari dalam negeri tidak mampu diimbangi oleh jumlah produksinya. Hal ini membuat jumlah impor migas selalu tinggi. Lebih lanjut Mahendra bilang ada dua hal yang harus diupayakan Pemerintah. Pertama, mengurangi jumlah konsumsi BBM, kedua meningkatkan produksi migas.
Neraca perdagangan defisit akibat impor migas
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan pada bulan April 2013 kembali mengalami defisit sebesar US$ 1,62 miloiar. Padahal pada bulan Maret 2013, neraca perdagangan mengalami surplus. Menurut Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar, defisit yang terjadi dipengaruhi oleh defisit di sisi perdagangan minyak dan gas bumi (migas). Mahendra menjelaskan, kalau dari sisi perdagangan non migas justru mengalami surplus sebesar US$ 2,7 miliar, namun defisit di sisi mogas lebih tinggi yaitu sebesar US$ 4,6 miliar. Oleh sebab itu, kalau ingin memperbaiki neraca perdagngan dalam jangka panjang, menurutnya harus diperbaiki kebijakan di sektor migas. Tingginya permintaan produk migas dari dalam negeri tidak mampu diimbangi oleh jumlah produksinya. Hal ini membuat jumlah impor migas selalu tinggi. Lebih lanjut Mahendra bilang ada dua hal yang harus diupayakan Pemerintah. Pertama, mengurangi jumlah konsumsi BBM, kedua meningkatkan produksi migas.