Neraca perdagangan diprediksi defisit, rupiah berpotensi melemah pekan depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar tengah menanti keputusan Bank Indonesia terhadap suku bunga acuan. Pergerakan nilai tukar rupiah dinilai akan sangat bergantung pada pada langkah BI yang diharapkan akan mengerek suku bunga acuan pada pekan depan. Selain itu, data ekonomi dalam negeri juga masih akan mempengaruhi performa rupiah sepekan ke depan.

Analis Monex Investindo Faisyal, berpendapat, kenaikan suku bunga acuan dalam negeri memang berpotensi memberi tenaga bagi mata uang Garuda. Namun, pekan depan, rupiah juga masih dibebani sejumlah sentimen yang dapat menahan laju penguatan.

Akhir pekan lalu, indeks dollar Amerika Serikat (AS) memang ditutup melemah 0,12% ke level 92,537. Namun, Faisyal menilai, dollar AS masih berpeluang kembali menguat di tengah ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed di bulan depan.


Selain itu, awal pekan depan, Faisyal menilai, mungkin juga terjadi bargain hunting pada dollar AS lantaran kemarin sempat melemah. "Ini berpotensi membuat rupiah kembali tertekan," kata Faisyal, Jumat (11/5).

Dari dalam negeri, potensi pelemahan rupiah pekan depan dapat berasal dari data neraca perdagangan April 2018 yang akan dirilis Selasa (15/5). "Sejauh ini, neraca perdagangan diprediksi akan kembali defisit US$ 90 juta, setelah sebelumnya surplus US$ 1,09 miliar," ujar Faisyal.

Apalagi, jika BI tidak mengubah kebijakan suku bunga acuan, rupiah akan semakin kehilangan kepercayaan investor. Sebab, pengucuran cadangan devisa untuk menahan pelemahan rupiah dianggap tidak efektif lagi untuk dilakukan dalam jangka panjang.

Untuk Senin (14/5), Faisyal memproyeksi rupiah berpotensi melemah dan bergerak dalam kisaran Rp 13.925 - Rp 14.000 per dollar AS. Sementara, sepekan ke depan, ia memproyeksi rupiah akan berada dalam rentang level Rp 13.870 - Rp 14.085 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto