Neraca perdagangan Februari diramal surplus



JAKARTA. Sejumlah ekonom memperkirakan, neraca perdagangan bulan lalu yang akan diumumkan BPS lusa mendatang mencatat surplus di atas US$ 1 miliar. Namun demikian, surplus tersebut diperkirakan lebih rendah dibanding surplus Januari 2017 yang tercatat US$ 1,4 miliar.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, surplus neraca perdagangan Februari 2017 sebesar US$ 1,28 miliar. Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh 15,19% YoY, melambat dibanding pertumbuhan Januari yang mencapai 27,71% YoY. Sementara impor diperkirakan tumbuh 15,51%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 14,54% YoY.

"Namun secara bulanannya, baik ekspor maupun impor sama-sama turun," kata Juniman saat dihubungi KONTAN, Senin (13/3).


Ia melanjutkan, penurunan ekspor lebih disebabkan karena penurunan harga CPO. Tak hanya itu, penurunan ekspor tersebut juga terdampak dari kegiatan ekspor yang belum bisa dilakukan penambang besar konsentrat.

Sementara itu, penurunan impor disebabkan oleh belum cepatnya laju ekonomi di dalam negeri yang menyebabkan kebutuhan yang diimpor belum banyak.

Ekonom Standard Chartered Aldian Taloputra juga yang memperkirakan neraca perdagangan Feburari 2017 surplus US$ 1,2 miliar. Proyeksi Aldian, ekspor dan impor bulan lalu masing-masing tumbuh 17,6% YoY dan 18,8% YoY.

Sementara Ekonom Bank Pembangunan Singapura (Development Bank of Singapore atau DBS) Gundy Cahyadi memproyeksi, ekspor bulan lalu tumbuh 8,5% YoY dan impor tumbuh 9,4% YoY. Dengan demikian, neraca perdagangan Februari 2017 bisa mencatat surplus sebesar US$ 1,1 miliar.

Gundi melihat, harga komoditas terutama batubara dan minyak CPO mengalami kenaikan sejak pertengahan tahun lalu. Di sisi lain, ekspor nonmigas juga meningkat 18,3% di kuartal keempat 2016 dan berlanjut hingga awal tahun ini sebesar 29,2%.

"Jika kenaikan ini berlanjut, pertumbuhan ekspor setahun penuh masih sesuai jalur (target) untuk mencapai (pertumbuhan) delapan persen," kata Gundy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie