Neraca perdagangan jasa catat defisit US$ 7,1 miliar di 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018, kinerja neraca perdagangan jasa masih mencatat defisit. Bank Indonesia (BI) mencatat, defisit nearaca perdagangan jasa mencapai US$ 7,1 miliar.

Dibandingkan tahun sebelumnya, defisit neraca perdagangan jasa memang menurun, yakni 4,3% yoy dari sebelumnya US$ 7,4 miliar. Penurunan defisit lantaran adanya kenaikan surplus pada neraca jasa perjakanan seiring meningkatnya kunjungan wisata mancanegara (wisman) ke Indonesia sebesar 7,7% yoy, dari 12,2 juta kunjungan menjadi 13,1 juta kunjungan pada 2018.

Ditilik secara kuartalan, defisit neraca perdagangan jasa pada kuartal-IV 2018 juga lebih kecil, yakni US$ 1,6 miliar, dibandingkan US$ 2 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Surplus jasa perjalanan akibat pola musiman dan penyelenggaraan event internasional juga menjadi faktor di balik penurunan defisit tersebut.


Kuartal-IV 2018, suprlus neraca jasa perjalanan tercatat US$ 1,5 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,3 miliar. Terjadinya surplus akibat pembayaran (impor) jasa perjalanan turun lebih dalam -21,6% qoq, dibandingkan dengan penurunan penerimaan (ekspor) jasa perjalanan -8% qoq.

Penerimaan jasa perjalanan di kuartal empat lalu mengalami penurunan lantaran jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada periode tersebut hanya mencapai 3,29 juta kunjungan, menyusut 12% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,74 juta kunjungan. "Penurunan jumlah wisman antara lain dipengaruhi terjadinya bencana alam di beberapa wilayah desitnasi wisata dan kecelakaan angkutan udara pada kuartal laporan," terang BI.

Untungnya, masih ada sejumlah kegiatan berskala internasional seperti Asia Para Games di Jakarta dan IMF-World Bank Annual Meeting di Bali, serta pola musiman pengeluaran wisman yang lebih besar pada kuartal empat lalu.

Adapun, jasa transportasi masih menyumbang defisit terbesar pada neraca jasa. Pembayaran (impor) jasa freight naik dari sebelumnya US$ 2,2 miliar, menjadi US$ 2,3 miliar di sepanjang kuartal-IV 2018.

Peningkatan pembayaran terjadi seiring dengan naiknya impor barang, belum lagi ditambah defisit jasa tranportasi penumpang akibat lebih tingginya kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri.

BI mengakui, meningkatnya pembayaran jasa freight akibat naiknya impor barang ini memang menjadi faktor penyebab tertahannya perbaikan neraca jasa secara keseluruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini