KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia diramal bakal menurun pada Februari 2023. Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari akan sebesar US$ 2,95 miliar, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 3,87 miliar. Damhuri menganalisa, pada Februari perlambatan aktivitas sektor manufaktur di negara-negara mitra dagang utama Indonesia, menyebabkan permintaan terhadap komoditas ekspor unggulan cenderung lesu, sehingga harganya pun masih menurun. Hal ini antara lain terlihat pada harga sebagian besar komoditas ekspor unggulan yang masih menurun seperti minyak mentah,
natural gas, CPO, batu bara, timah, tembaga, nikel dan karet. Menurutnya, hanya sebagian kecil komoditas unggulan yang mengalami kenaikan harga, seperti besi, baja, kopi dan cokelat.
“Penurunan harga komoditas unggulan ekspor ini juga tercermin pada inflasi harga barang
input sektor manufaktur di negara-negara mitra dagang utama yang terus menurun,” tutur Damhuri kepada Kontan.co.id, Senin (13/3).
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Ramal Neraca Perdagangan Akan Terus Menyusut hingga Maret Dengan latar belakang seperti itu, Dia memperkirakan ekspor Indonesia pada bulan Februari akan kembali menurun 5,40%
month on month (MoM), namun masih tumbuh positif 3,10% secara tahunan atau
year on year (YoY). Dahmuri menjelaskan, aktivitas sektor manufaktur di dalam negeri masih tetap di zona ekspansi alias di atas 50 seperti tercermin pada PMI manufaktur yang berada pada level 51,2 pada Februari 2023. Ini berarti sudah 18 bulan berturut-turut sektor manufaktur di Indonesia berada di zona ekspansi. Menurutnya, peningkatan aktivitas sektor manufaktur di dalam negeri akan meningkatkan permintaan terhadap bahan baku dan penolong, termasuk yang berasal dari impor. Namun meskipun permintaannya meningkat, harga barang
input cenderung menurun sejalan dengan gangguan rantai pasok yang semakin pulih. Sementara itu, dari sisi barang konsumsi, kebutuhan di dalam negeri biasanya akan meningkat menjelang dan pada hari besar keagamaan seperti puasa dan lebaran, sehingga permintaan dan harganya pun akan cenderung meningkat signifikan. Untuk menjaga agar harga di dalam negeri tidak mengalami gejolak seperti inflasi yang tinggi, Pemerintah biasanya akan meningkatkan impor sejumlah bahan pokok seperti beras, daging, dan lain-lain. Untungnya harga komoditas pangan tersebut di pasar global sebagian besar cenderung stabil, dan sebagian cenderung menurun. Maka dari itu, meskipun akan ada kenaikan volume permintaan dari dalam negeri, namun karena harga cenderung stabil bahkan sebagian turun, sehingga menyebabkan nilai impor pada Februari diperkirakan akan turun. Kinerja impor pada Februari akan sedikit menurun menjadi 1,60% MoM, namun masih tumbuh positif 9,07% YoY atau secara tahunan.
Baca Juga: Neraca Perdagangan Februari 2023 Diperkirakan Turun Menjadi US$ 3,5 Miliar Adapun Dia juga memperkirakan impor barang modal diperkirakan akan meningkat pada kuartal I 2023 didorong meningkatnya kegiatan investasi.Hasil survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia. “Hasil survei menunjukkan saldo bersih tertimbang ekspektasi investasi kuartal I 2023 bernilai 8,29 yang berarti lebih banyak pelaku usaha yang menyatakan akan meningkatkan investasinya pada kuartal I 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Ini berarti ada potensi kenaikan impor barang modal pada kuartal I 2023,” jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi