Neraca perdagangan surplus, CAD bisa berkurang



JAKARTA. Neraca perdagangan atau trade balance Indonesia di bulan November 2013 kembali mengalami surplus. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan di bulan November mencapai US$ 776,8 juta.

Menteri Keuangan Chatib Basri menilai surplus neraca perdagangan tersebut merupakan kabar baik bagi perekonomian Indonesia.

Dia yakin, kondisi tersebut bisa berlanjut pada bulan Desember. “Surplus ini menunjukan kebijakan menekan impor yang dikeluarkan pemerintah berjalan,” kata chatib, Kamis (2/1) di Jakarta.


Chatib juga mengatakan bila neraca perdagangan kembali surplus, akan berdampak perbaikan defisit neraca transaksi berjalan, atau current account deficits.  

Ia mengaku selama ini pemerintah dan bank Indonesia memang mengeliuarkan kebijakan yang fokus mengurangi current account deficits.

Sekadar mengingatkan, current account deficit pada kuartal III kemarin mencapai US$ 8,4 miliar atau sekitar 3,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sedangkan pada kuartal pertama nilainya lebih besar yaitu sebesar US$ 9,9 miliar, atau 4,4% dari PDB.

Chatib sendiri memperkirakan current account deficits kuartal IVakan berada di bawah US$ 8 miliar, atau seperti kondisi pada kuartal III.

PR menekan impor

Menurut ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk menekan impor, terutama untuk impor minyak dan gas bumi (migas) yang masih mengalami kenaikan.

Selain karena konsumsi migas masih tinggi, berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk menekan permintaan minyak juga belum berhasil.

Sebut saja aturan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan Bahan Bakar Nabati (BBN). Selain itu dampak pelemahan rupiah juga mendorong tingginya nilai impor migas.

“Jadi pemerintah juga harus mewaspadai pelemahan rupiah, supaya impor terjaga,” jelas David.

Asal tahu saja, menurut Kepala BPS Suryamin, surplus neraca perdagangan di bulan November merupakan yang terbesar sejak bulan April 2012 lalu.

Menurutnya, surplus neraca perdagangan disebabkan adanya kenaikan di sisi ekspor, di sisi lain impor pada bulan November malah turun. Menurut Suryamin, ekspor Indonesia di bulan November 2013 mencapai US$ 15,93 miliar. Jika dibandingkan bulan Oktober 2013, ekspor mengalami kenaikan 1,45%. Jika dilihat berdasarkan komponen ekspor, untuk ekspor komoditas minyak dan gas bumi (migas) naik 1,15%. Pada bulan Oktober ekspor migas hanya US$ 2,72 miliar, sedangkan di bulan November ekspor migas mencapai US$ 2,75 miliar. Sedangkan untuk ekspor nonmigas juga mengalami kenaikan 1,51%. Pada bulan Oktober ekspor non migas mencapai US$ 12,98 miliar, sedangkan ekspor non migas di bulan November mencapai US$ 13,18 miliar. Sementara itu, disisi impor pada bulan November mengalami penurunan 3,35% dari bulan Oktober 2013. Pada bulan Oktober November impor mencapai US$ 15,12 miliar.

Penurunan impor ini dipengaruhi oleh menciutnya angka impor non migas menjadi US$ 11,21 miliar, dari US$ 12,2 miliar di bulan Oktober 2013.

Meski menurun, impor migas masih mengalami kenaikan cukup besar, yaitu 13,39% dari US$ 3,47 miliar menjadi US$ 3,94 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan