JAKARTA. Rupiah mencatatkan penguatan paska pengumuman tingkat deflasi dan surplus neraca perdagangan September. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 12.30 WIB, nilai kontrak forward rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan menguat 1,7% menjadi 11.415 per dollar AS. Ini merupakan penguatan terbesar sejak 19 September lalu. Nilai kontrak tersebut 0,9% lebih tinggi dari nilai rupiah di pasar spot yang hari ini terapresiasi 0,5% menjadi 11.523 per dollar AS. Penguatan mata uang Garuda dipicu oleh sentimen data ekonomi makro. "Deflasi dan surplus neraca perdagangan menjadi hal yang positif bagi rupiah. Saat investor asing berharap rupiah menguat dari level saat ini, maka arus dana asing yang mengalir dapat menekan tingkat yield obligasi pemerintah," jelas Hendy Yunianto, head of fixed-income research PT Mandiri Sekuritas di Jakarta. Catatan saja, sepanjang tahun ini, rupiah sudah keok 16% lebih. Kondisi itu menyebabkan rupiah menjadi mata uang emerging market dengan performa terburuk dibanding 24 mata uang lainnya. Sekadar tambahan informasi, pada September, Indonesia menorehkan deflasi sebesar 0,35%. Selain itu, terjadi surplus untuk pertama kalinya sejak 2001 pada neraca perdagangan Indonesia pada Agustus. Data BPS menunjukkan, ekspor di Agustus 2013 sebesar US$ 13,16 miliar, sedang impor sebesar US$ 13,03 miliar sehingga terdapat surplus US$ 132,4 juta. Neraca volume perdagangan di Agustus pun surplus 43,11 juta ton, di mana ekspor 53,01 juta ton dan impor 9,89 juta ton.
Neraca perdagangan surplus, rupiah menguat
JAKARTA. Rupiah mencatatkan penguatan paska pengumuman tingkat deflasi dan surplus neraca perdagangan September. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 12.30 WIB, nilai kontrak forward rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan menguat 1,7% menjadi 11.415 per dollar AS. Ini merupakan penguatan terbesar sejak 19 September lalu. Nilai kontrak tersebut 0,9% lebih tinggi dari nilai rupiah di pasar spot yang hari ini terapresiasi 0,5% menjadi 11.523 per dollar AS. Penguatan mata uang Garuda dipicu oleh sentimen data ekonomi makro. "Deflasi dan surplus neraca perdagangan menjadi hal yang positif bagi rupiah. Saat investor asing berharap rupiah menguat dari level saat ini, maka arus dana asing yang mengalir dapat menekan tingkat yield obligasi pemerintah," jelas Hendy Yunianto, head of fixed-income research PT Mandiri Sekuritas di Jakarta. Catatan saja, sepanjang tahun ini, rupiah sudah keok 16% lebih. Kondisi itu menyebabkan rupiah menjadi mata uang emerging market dengan performa terburuk dibanding 24 mata uang lainnya. Sekadar tambahan informasi, pada September, Indonesia menorehkan deflasi sebesar 0,35%. Selain itu, terjadi surplus untuk pertama kalinya sejak 2001 pada neraca perdagangan Indonesia pada Agustus. Data BPS menunjukkan, ekspor di Agustus 2013 sebesar US$ 13,16 miliar, sedang impor sebesar US$ 13,03 miliar sehingga terdapat surplus US$ 132,4 juta. Neraca volume perdagangan di Agustus pun surplus 43,11 juta ton, di mana ekspor 53,01 juta ton dan impor 9,89 juta ton.