Neraca perdagangan tertekan defisit migas



JAKARTA. Tingginya impor minyak dan gas pada semester I 2013 ini dikhawatirkan masih terus berlanjut. Jika ini terus terjadi sampai akhir tahun, neraca perdagangan 2013 bakal terus defisit dan kemungkinan juga berlanjut ke neraca perdagangan tahun 2014.
Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Sabtu (17/8) kemarin, defisit migas pada semester I tahun ini saja sudah mencapai US$ 5,8 miliar. "Saya rasa defisit tahun ini mencapai US$ 5 miliar sampai US$ 6 miliar," tuturnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Gita menaruh sedikit harapan pada kebijakan pemerintah yang memutuskan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni lalu. Setidaknya kebijakan tersebut bisa sedikit meredam lanju impor migas yang cukup besar menguras dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tersebut.
Selain itu, stabilitas harga komoditas dalam waktu dekat atau menengah bisa meningkatkan nilai tambah pada produk-produk dalam negeri. Dan hal itu akan membantu menyeimbangkan (rebalance) neraca perdagangan. Juga jika pemerintah bisa mengenjot ekspor ke non migas dengan produk-produk yang bernilai tambah seperti pabrik baja bisa memberikan sinyal positif di pasar.
"Karena ini bisa membuahkan surplus ratusan miliar dollar. Apalagi banyak baja yang akan dieskpor," tambahnya.
Ada juga sejumlah kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor barang jadi dan mendorong impor barang modal kemudian memrosesnya di dalam negeri sampai memiliki nilai tambah. Salah satu contohnya adalah pembangunan pabrik baja yang ditargetkan akan selesai pada tahun ini. Jika pabrik baja tersebut mulai beroperasi maka otomatis akan menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah untuk kemudian diekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Amal Ihsan