KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing mulai mencatat pembelian bersih dalam sepekan terakhir. Menurut data Bloomberg,
net buy asing berturut-turut terjadi dalam lima hari perdagangan terakhir setelah
net sell lima hari berturut-turut sebelumnya. Investor asing membukukan beli bersih Rp 4,06 triliun pada perdagangan Kamis (6/10). Beli bersih ini terjadi di pasar nonreguler atas saham PT Link Net Tbk (
LINK) yang mencapai Rp 4,4 triliun. Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengungkapkan,
net buy asing tercatat Rp 3,5 triliun pada September 2022. Nilai ini lebih rendah setelah
net buy senilai Rp 14,6 triliun pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: IHSG Naik ke 7.076 Pada Kamis (6/10), Asing Mencatat Net Sell di Pasar Reguler Sejak pertengahan September 2022,
net sell asing tercatat Rp 5,8 triliun. Menurut Martha hal tersebut wajar lantaran investor asing mulai melakukan profit taking seiring rencana The Fed untuk menaikkan Fed Rate. Dia mencermati, investor asing tetap memburu saham-saham dari sektor perbankan pada September 2022 walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan bulan sebelumnya. "Ke depannya arus investor asing akan tergantung pada rilis laporan keuangan kuartal ketiga 2022, jika ada perlambatan pertumbuhan laba bisa berpengaruh pada investor asing," ungkap Martha.
Baca Juga: Samuel Sekuritas Perkirakan IHSG Bisa Tembus Level 7.500 Tahun Ini Martha memprediksi kinerja emiten perbankan masih akan tumbuh baik secara kuartalan maupun secara tahunan. Selain itu, arus dana asing juga akan dipengaruhi oleh rencana the Fed untuk kembali mengerek Fed Rate dan kebijakan BI terkait suku bunga. Lebih lanjut, Martha menilai pasar modal Indonesia masih menarik untuk investor asing sejalan dengan ketahanan ekonomi dan nilai tukar rupiah yang masih dinilai cukup baik. Saham PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) menjadi saham yang paling diburu asing dan sempat ditutup di level tertingginya pada Rp 9.600. Selanjutnya disusul saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) yang menjadi buruan asing dalam sebulan terakhir, kemudian ada saham PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO). Lalu, ada saham PT Vale Indonesia Tbk (
INCO), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP), PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR), PT BFI Finance Indonesia Tbk (
BFIN), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (
MAPI).
Baca Juga: Ekonom Proyeksi Cadangan Devisa Indonesia Meningkat Terbatas pada September 2022 Martha bilang, ada potensi investor domestik juga membeli saham-saham yang banyak dibeli oleh investor asing ini jika harganya atraktif. Karena dari sisi kinerja, prospek perusahaan ini ke depan cukup menjanjikan lantaran pendapatan dan laba bersih yang tetap tumbuh.
"Sejalan dengan pertumbuhan kredit, penaikan harga komoditas, perbaikan daya beli masyarakat dan digenjotnya proyek infrastruktur membuat saham-saham tersebut menarik untuk dikoleksi," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (6/10). Martha memberikan rekomendasi beli untuk saham SMGR sehubungan dengan rencana penggabungan Semen Baturaja. Lagipula, SMGR adalah pemimpin pasar semen yang akan menjadi yang paling diuntungkan dari penaikan permintaan semen. Adapun target harga untuk saham SMGR berada di Rp 10.700 per saham. Martha memberikan rekomendasi
trading buy BMRI dengan target harga di Rp 11.000 per saham,
buy BBNI dengan target harga di Rp 10.900 per saham,
hold saham UNVR dengan target harga Rp 4.650 per saham,
trading buy saham PGAS dengan target harga di Rp 2.100 per saham,
trading buy ADRO dengan target harga di Rp 4.500 per saham, dan
trading buy INCO dengan target harga di Rp 8.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati