Net Buy Asing Tembus Rp 30 Triliun di Tahun Ini, Begini Prospek Tahun 2022



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Meski diwarnai volatilitas, bursa saham Indonesia berhasil ditutup menguat di tahun ini. Di mana, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 10,08% sepanjang 2021.

Penguatan IHSG ini diiringi oleh dana asing terus mengalir di pasar saham. Tercatat net buy asing di pasar reguler sebesar Rp 36,52 triliun dan di seluruh pasar sebesar Rp 29,68 triliun.

Sektor perbankan dan komoditas banyak diburu asing selama tahun ini. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi paling banyak diburu dengan mencatatkan net buy asing sebesar Rp 12,6 triliun.


Selanjutnya disusul PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp 9,3 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 6,6 triliun, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 4,6 triliun. Lalu juga ada PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 2,4 triliun, PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 1,4 triliun, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 1,1 triliun.

Baca Juga: IHSG Turun 0,29% ke 6.581 Pada Perdagangan Terakhir 2021

 
BBRI Chart by TradingView

Analis Erdikha Elit Sekuritas Ivan Kasulthan mengatakan, perburuan asing akan saham-saham tersebut kemungkinan besar masih akan berlanjut di tahun depan. Menurut dia, pemicu asing memburu saham tersebut karena saham-saham itu memiliki fundamental yang baik.

"Juga saham-saham ini tergolong atau masuk dalam kategori indeks MSCI yang mana ini menjadi salah satu acuan investor asing untuk memborong saham tersebut," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Kamis (30/12).

Dia memproyeksikan sampai akhir tahun depan saham-saham itu memiliki potensi mencatatkan net buy kembali. Proyeksi tersebut berdasarkan kinerja laporan keuangan yang baik dan juga memiliki kapitalisasi pasar yang besar serta likuiditas yang tinggi.

Baca Juga: IHSG Naik 10,08% Sepanjang 2021

Secara umum, ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih cepat di tahun depan, terutama di emerging markets seperti Indonesia, menjadi peluang masuk investor. "Sehingga, ini bisa menjadi kesempatan Investor asing untuk masuk ke emerging markets ketika pasar di negara-negara sudah mengalami jenuh beli," katanya.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menilai net buy asing masih akan berlanjut di tahun depan. Menurut dia, di tengah ketidakpastian dengan varian omicron tetapi masih ada jurus yang dimiliki Indonesia untuk menggaet investor asing.

"Dari tax amnesty dan juga Undang-Undang Cipta Kerja," kata Nico.

Baca Juga: Berikut Jawara Indeks Sektoral BEI Sepanjang 2021

Dia menambahkan, kedua hal tersebut berpotensi akan menjadi salah satu indikator meningkatnya kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, baik di sektor keuangan maupun sektor riil. Lebih lanjut, untuk sektor riil ia melihat dari foreign direct investment (FDI) Indoensia yang didominasi oleh berbagai negara yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.

"Sehingga ini menjadi tanda Indonesia berhasil mengajak negara lain untuk berinvestasi di Indonesia.

Lebih lanjut, pada 2022 juga memiliki peluang terkait energi terbarukan (EBT). Sehingga, Nico menilai peluang asing masuk di Indonesia masih besar.

Walau begitu, Nico menegaskan ketidakpastian masih akan berlanjut juga. Karenanya, dia memperkirakan dari pasar modal sektor yang masih belum disentuh asing dari properti lantaran potensi kenaikan belum terlalu besar di tahun depan.

Baca Juga: Mengintip Kinerja Instrumen Investasi Sepanjang 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari