KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan profitabilitas yang terjadi pada industri perbankan tampaknya tak dirasakan oleh bank-bank digital. Sebab, rasio profitabilitas bank digital, terlebih rasio Net Interest Margin (NIM) yang dicatat terlihat tetap besar dan beberapa naik. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2024 menunjukkan bahwa rasio NIM perbankan secara keseluruhan turun ke level 4,57%, lebih rendah dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya di 4,80% dan akhir tahun 2023 di 4,81%. Namun, di tengah situasi ini, beberapa bank digital berhasil mencatatkan NIM yang mencapai dua digit.
Misalnya, PT Bank Amar Indonesia Tbk, yang pada semester I-2024 mencatatkan NIM sebesar 22,9%, naik signifikan dari 17,33% pada periode yang sama tahun sebelumnya. David Wirawan, Senior Vice President Finance Amar Bank, menjelaskan bahwa hasil tersebut diperoleh karena model bisnis Amar Bank yang berbeda dengan bank konvensional lainnya. Amar Bank fokus pada segmen UMKM dan individu yang masih kurang terlayani (
underserved), yang umumnya memiliki profil risiko lebih tinggi.
Baca Juga: OJK: Tingginya Suku Bunga Global Membuat Korporasi Memilih Pembiayaan dari Perbankan David menyebutkan bahwa untuk mengimbangi risiko tersebut, Amar Bank menerapkan suku bunga yang lebih tinggi. Sesuai informasi di situs resminya, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Amar Bank untuk kredit mikro mencapai 17%, sedangkan untuk kredit korporasi dan ritel sebesar 11%. Meskipun demikian, Amar Bank tetap berkomitmen menjalankan penyaluran pinjaman secara
prudent dan terus mendukung sektor UMKM melalui inovasi teknologi dan digital untuk meningkatkan personalisasi layanan dan pengelolaan transaksi yang aman. Dalam paruh pertama tahun 2024, Amar Bank mencatat laba bersih sebesar Rp 97,79 miliar, naik 15% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa bank masih berada di jalur yang tepat untuk mencapai kinerja yang solid. Tidak hanya Amar Bank, PT Allo Bank Indonesia Tbk juga mencatatkan peningkatan NIM pada Juni 2024 menjadi 8,99%, dibandingkan dengan 8,52% pada periode yang sama tahun lalu. Menurut Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo, peningkatan ini didorong oleh penyaluran kredit digital ritel, seperti paylater dan pinjaman tunai dengan limit kecil dan tenor pendek, yang memiliki bunga lebih tinggi dibandingkan segmen kredit dengan plafon lebih besar.
Baca Juga: Berantas Judi Online, Kominfo Evaluasi Sistem Pembayaran Digital SBDK Allo Bank untuk kredit konsumsi non KPR tercatat sebesar 16,26%, sedangkan untuk segmen korporasi sebesar 9,25%. Indra menambahkan bahwa kenaikan NIM ini mencerminkan kemampuan Allo Bank dalam mengelola Aktiva Produktif dengan optimal, namun tetap menjaga prinsip kehati-hatian untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan. Struktur aset Allo Bank cukup beragam dan didanai oleh deposito yang berkelanjutan serta didukung oleh permodalan yang kuat untuk mendukung aspirasi pertumbuhan di masa depan.
Meskipun ada beberapa bank digital yang mengalami penurunan NIM, seperti PT Bank Seabank Indonesia yang NIM-nya turun dari 19,07% pada semester I-2023 menjadi 15,82% pada tahun ini, bank-bank tersebut masih memiliki NIM yang jauh di atas rata-rata industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .