Net outflow besar, NPI bisa negatif US$ 5 miliar-US$ 7 miliar pada tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksi defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) pada tahun ini sebesar US$ 25 miliar. Defisit ini lebih besar dari 2017 lalu yang mencapai US$ 17,53 miliar atau 1,73% dari PDB.

Sementara, untuk Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengatakan bahwa situasi pada tahun ini berbeda dengan tahun lalu.

“Pasar saham kan net-nya masih negatif. Kalau pasar SBN sudah mulai masuk lagi, tapi kami harap masuknya bisa lebih banyak. Kalau situasi lebih stabil portofolio bisa lebih banyak,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Kepala Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, NPI tahun ini bakal minus. Sebab, pada tahun ini, net keluar di portofolio deras.

Ia memproyeksi, NPI pada 2018 hingga akhir tahun bisa negatif US$ 5 miliar -US$ 7 miliar. Kondisi ini berbalik dari tahun 2017 dimana NPI mencatatkan surplus US$ 12 miliar.

“Bila kuartal III dan kuartal IV tidak ada perubahan dalam capital account, NPI kita minus terus. Ini yang kami lihat secara keseluruhan. Pada kuartal II ini titik krusial,” kata Juniman kepada Kontan.co.id, Senin (30/7).

Ia menjelaskan, kuartal II menjadi krusial karena baik NPI dan capital account diperkirakan minusnya cukup deras. Untuk capital account, Juniman memperkirakan akan mencatatkan minus US$ 6 miliar-US$ 7 miliar dari yang sebelumnya US$ 5,5 miliar pada kuartal I-2018.

“Ini jadi tantangan tersendiri. Maka dari itu, pemerintah all out untuk turunkan CAD supaya NPI surplus di kuartal III dan IV,” ujarnya.

“Artinya minimal CAD bisa diturunkan sehingga NPI kita kalaupun turun, ya sedikit,” lanjut Juniman.

Menurut Juniman, dengan CAD yang masih under pressure dan capital account yang belum pulih, maka imbasnya NPI yang akan mencatatkan minus.

“Karena untuk pulih capital account US$ 7 miliar harus ada. Sementara sekarang, di kuartal I cuma US$ 1,8 miliar. Kuartal II juga masih rendah,” jelasnya.

Meski demikian, pada bulan ini terlihat bahwa nilai tukar rupiah masih tertekan tetapi stabil di harga yang tinggi. Dengan begitu, diperkirakan intervensi BI kini sudah tidak segencar sebelumnya. Dengan kondisi ini, maka penurunan cadev tidak secepat sebelumnya pula.

Cadev-nya bisa sekitar US$ 124 miliar - US$ 126 miliar di akhir tahun. Turun dari US$ 130 miliar pada tahun lalu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi