Net sell asing bisa berkurang



Muncul ekspektasi di pasar Bank Indonesia (BI) bakal segera menaikkan suku bunga atawa BI-7 day reverse repo rate (BI-7DRR) 50 basis poin. Saya melihat, sentimen ini akan jadi penyegar bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke depan.

Pelaku pasar akan melihat kenaikan suku bunga acuan tersebut sebagai upaya untuk mengurangi pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pertanyaannya sekarang, apakah kenaikan BI-7DRR sebesar 50 basis poin tersebut mampu menghentikan pelemahan kurs rupiah?

Menurut saya belum tentu. Namun, kenaikan BI-7DRR setidaknya bisa mengurangi fluktuasi rupiah.


Dengan suku bunga yang lebih tinggi, investor akan lebih tertarik kembali masuk ke instrumen keuangan dalam negeri. Penyebabnya, ada ekspektasi imbal hasil yang lebih menarik di situ.

Investor yang sebelumnya membuang rupiah untuk membeli dollar AS akan melakukan tindakan sebaliknya. Minimal aksi beli terhadap dollar AS yang memicu aksi jual asing setiap hari bisa berkurang. Dengan begitu, pergerakan rupiah bisa tertahan dan menjadi stabil.

Sentimen itu juga setidaknya melengkapi alasan IHSG kembali menguat karena technical rebound setelah sebelumnya terus tertekan. Seperti diketahui, IHSG terkena pukulan bertubi-tubi selepas awal tahun. Berbagai sentimen negatif membuat investor asing keluar dari bursa. Net sell asing mencapai Rp 37,18 triliun.

Nilai tukar rupiah yang melemah hingga Rp 14.000 per dollar AS juga sempat menyeret IHSG ke level 5.700. Beruntung, indeks saham kembali naik mendekati level 6.000, setelah pada Rabu lalu menguat 2,31% ke level 5.907,94.

Investor minimal menyikapi sentimen tersebut dengan berspekulasi memanfaatkan murahnya sejumlah saham yang sudah jatuh, hingga valuasinya menjadi murah.

Saya menyarankan, investor mencermati saham sektor perbankan yang sudah terdiskon. Saham sektor industri dasar dan pertambangan juga layak untuk dipertimbangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi