Net sell asing Rp 283 M, IHSG sesi I tertekan



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum juga beranjak dari zona merah pada akhir sesi I hari ini (3/11). Mengacu data RTI, pada pukul 12.00 WIB, indeks ditutup dengan penurunan 0,38% atau 20,773 poin ke level 5.384,68.

Ada 150 saham yang bergerak turun, 120 saham bergerak naik, dan 88 saham stagnan. Volume perdagangan siang ini 4,707 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,139 triliun.

Sembilan sektor kompak memerah dan memberatkan langkah IHSG. Tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor barang konsumen turun 0,75%, sektor infrastruktur turun 0,67%, dan sektor perdagangan turun 0,46%. Sedangkan, sektor yang menghijau hanya sektor industri dasar dengan kenaikan 0,32%.


Di pasar reguler, investor asing melakukan aksi jualnya Rp 283 miliar. Tetapi secara keseluruhan, investor asing mencatatkan aksi beli Rp 254,9 miliar.

Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain: PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 2,75% menjadi Rp 66.375, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,37% menjadi Rp 12.375, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 1,91% menjadi Rp 21.850.

Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain: PT PP Tbk (PTPP) naik 1,48% menjadi Rp 4.110, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik 1,22% menjadi Rp 2.490, dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik 1,22% menjadi Rp 830.

Kepala Riset Daewoo Securities Taye Shim menilai, pergerakan IHSG yang negatif pada hari ini masih disetir oleh sejumlah faktor eksternal, yakni kebijakan suku bunga The Fed dan pemilu AS.

"Seperti yang diprediksi banyak kalangan, The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya. Bagaimanapun, The Fed juga mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember," jelasnya.

Di sisi lain, hasil polling pemilu AS tampaknya sangat ketat. "Kami percaya pasar mencemaskan hal ini. Kami memprediksi implikasi negatif untuk perdagangan dunia terlepas dari siapa yang menang pemilu," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie