KONTAN.CO.ID - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menegaskan bahwa rencana penyerangan Rafah akan terus dilanjutkan. Berbicara di hadapan kabinetnya hari Minggu (17/3), Netanyahu mengatakan bahwa militer Israel akan melanjutkan misinya itu meski mendapatkan banyak tekanan internasional untuk menghindari korban sipil. "Kita akan beroperasi di Rafah. (Rencana) ini akan memakan waktu beberapa minggu, dan itu akan terjadi," kata Netanyahu, dikutip
Reuters.
Pada kesempatan yang sama, Netanyahu mengecam para sekutunya yang saat ini mulai mengkritik langkah Israel untuk menumpas Hamas. Dirinya bahkan menyebut serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 sebagai aksi pembantaian orang Yahudi paling mengerikan setelah Holocaust. Baca Juga:
Saat Menunggu Truk Bantuan, Tembakan Israel Menewaskan 6 Warga Gaza "Apakah ingatan Anda sesingkat itu? Apakah Anda begitu cepat melupakan tanggal 7 Oktober, pembantaian orang Yahudi yang paling mengerikan sejak Holocaust? Apakah Anda begitu cepat menyangkal hak Israel untuk mempertahankan diri melawan monster Hamas?," lanjutnya. Pasukan Hamas yang menentang penjajahan Israel di tanah Palestina melakukan serangan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 menurut klaim Israel. Israel membalas serangan itu dengan menyerang Gaza tanpa pandang bulu hingga hari ini, menewaskan lebih dari 31.000 rakyat Palestina dari berbagai kalangan. Tingginya korban sipil membuat Israel mulai dikritik oleh para sekutunya di Barat.
Baca Juga: UNRWA Kecam Serangan Israel ke Pusat Bantuan Pengungsi, Satu Staf PBB Meninggal Sekutu Israel telah memberikan tekanan pada Netanyahu untuk tidak menyerang Rafah, karena dianggap tidak memiliki rencana untuk melindungi warga sipil. Netanyahu sempat bertemu Kanselir Jerman, Olaf Scholz, di Yerusalem untuk membahas operasi militernya di Rafah. Dirinya berjanji tidak akan membiarkan warga sipil terjebak di Rafah ketika pasukannya memulai serangan.
Scholz mengatakan, dirinya telah mengingatkan Netanyahu tentang perlunya memberikan bantuan kemanusiaan yang komprehensif kepada masyarakat di Gaza.
Baca Juga: UNRWA: Kelaparan di Gaza Semakin Mengancam, Ini Bencana Buatan Manusia Rafah telah lama menjadi satu-satunya pintu masuk bagi bantuan kemanusiaan untuk penduduk Gaza. Lebih dari satu juta orag kini berada di wilayah itu untuk mencari perlindungan. Penduduk Gaza di Rafah yang kini hidup dalam keterbatasan bantuan dan ancaman bencana kelaparan, kini harus menghadapi gelombang serangan baru dari militer Israel.