SUMBAWA. Kementerian Perindustrian mendorong PT Newmont Nusa Tenggara untuk lebih banyak menggunakan produksi dalam negeri dalam operasional mereka. Diharapkan, belanja atau pengeluaran operasional Newmont dilakukan terarah dan terencana bagi pengembangan industri nasional. Pemerintah masih mendiskusikan dengan Newmont, jenis-jenis kebutuhan yang bisa dikompromikan menggunakan produksi dalam negeri. Apalagi dengan belanja Newmont yang besar, peningkatan tren belanja barang dalam negeri diharapkan memberi efek beruntun positif bagi ekonomi Tanah Air "Seperti kita lihat ada belanja alat berat, kendaraan, dan bahan-bahan penolong lain, itu masih bisa kami akan diskusikan" kata I Gusti Putu Wiryawirawan, Direktur Jendral Industri Logam, Mesin, Alat transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian dalam kunjungannya ke Newmont, Sabtu (30/5). Rachmat Makkasau, General Manager CSR dan Hubungan Pemerintah Newmont mengatakan, selama ini sebagian besar atau 70% belanja operasional Newmont ditujukan ke dalam negeri. Sehingga hanya sekitar 30% yang dibelanjakan ke luar negeri, misalnya untuk produk-produk teknologi tinggi yang belun diproduksi di Tanah Air. "Dulu kami belanja dalam negeri 40% dan terus membaik. Kita maunya membeli di dalam negeri saja. Kalau ada, kenapa nggak?" kata dia. Selain itu, Newmont juga setuju dengan aturan pemerintah untuk menggunakan rupiah untuk transaksi di dalam negeri. Rachmat mengklaim, sebagian besar transaksi Newmont sudah dilakukan dengan rupiah. Hambatan penggunaan rupiah terjadi ketika berhadapan dengan mitra besar. "Seperti dengan Pertamina dan perusahaan besar lainnya, masih mengharapkan transaksi dollar. Ini saya rasa bukan hanya masalah Newmont tapi industri lain dan harus dibicarakan lagi," kata Rachmat. Putu, Dirjen Kemperin menambahkan, imbauan belanja prioritas ke dalam negeri ini ditujukan juga pada industri lain. "Kalau Newmont bisa jadi model, industri lain kenapa tidak mengikuti?" ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Newmont diminta tingkatkan belanja dalam negeri
SUMBAWA. Kementerian Perindustrian mendorong PT Newmont Nusa Tenggara untuk lebih banyak menggunakan produksi dalam negeri dalam operasional mereka. Diharapkan, belanja atau pengeluaran operasional Newmont dilakukan terarah dan terencana bagi pengembangan industri nasional. Pemerintah masih mendiskusikan dengan Newmont, jenis-jenis kebutuhan yang bisa dikompromikan menggunakan produksi dalam negeri. Apalagi dengan belanja Newmont yang besar, peningkatan tren belanja barang dalam negeri diharapkan memberi efek beruntun positif bagi ekonomi Tanah Air "Seperti kita lihat ada belanja alat berat, kendaraan, dan bahan-bahan penolong lain, itu masih bisa kami akan diskusikan" kata I Gusti Putu Wiryawirawan, Direktur Jendral Industri Logam, Mesin, Alat transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian dalam kunjungannya ke Newmont, Sabtu (30/5). Rachmat Makkasau, General Manager CSR dan Hubungan Pemerintah Newmont mengatakan, selama ini sebagian besar atau 70% belanja operasional Newmont ditujukan ke dalam negeri. Sehingga hanya sekitar 30% yang dibelanjakan ke luar negeri, misalnya untuk produk-produk teknologi tinggi yang belun diproduksi di Tanah Air. "Dulu kami belanja dalam negeri 40% dan terus membaik. Kita maunya membeli di dalam negeri saja. Kalau ada, kenapa nggak?" kata dia. Selain itu, Newmont juga setuju dengan aturan pemerintah untuk menggunakan rupiah untuk transaksi di dalam negeri. Rachmat mengklaim, sebagian besar transaksi Newmont sudah dilakukan dengan rupiah. Hambatan penggunaan rupiah terjadi ketika berhadapan dengan mitra besar. "Seperti dengan Pertamina dan perusahaan besar lainnya, masih mengharapkan transaksi dollar. Ini saya rasa bukan hanya masalah Newmont tapi industri lain dan harus dibicarakan lagi," kata Rachmat. Putu, Dirjen Kemperin menambahkan, imbauan belanja prioritas ke dalam negeri ini ditujukan juga pada industri lain. "Kalau Newmont bisa jadi model, industri lain kenapa tidak mengikuti?" ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News