KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, Elon Musk, CEO X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), Tesla, dan SpaceX, membuat pernyataan kontroversial terkait Inggris dan kebijakan hukumnya, setelah tidak diundang ke KTT Investasi Internasional yang akan diadakan bulan depan. Musk mengungkapkan kemarahannya di platform media sosialnya, X, dengan mengkritik kebijakan Inggris dalam menangani pelaku kejahatan seksual dan kebebasan berpendapat di media sosial. Insiden ini menunjukkan meningkatnya ketegangan antara Musk dan para pemimpin politik Inggris, terutama dengan Sir Keir Starmer, pemimpin oposisi Partai Buruh.
Kritik Terhadap Inggris dan Kebijakan Pembebasan Narapidana
Elon Musk menulis di X bahwa “tidak ada seorang pun yang seharusnya pergi ke Inggris ketika mereka membebaskan pelaku kejahatan seksual yang sudah dihukum, untuk kemudian memenjarakan orang-orang hanya karena unggahan di media sosial”.
Baca Juga: 5,3 Juta Akun X Ditangguhkan Sepanjang Semester I-2024 Pernyataan ini merujuk pada sistem hukum Inggris yang telah menerapkan skema pembebasan dini bagi beberapa narapidana sebagai upaya mengurangi kepadatan di penjara. Namun, penting untuk dicatat bahwa pelaku kejahatan seksual tidak termasuk dalam skema ini, sehingga klaim Musk dianggap tidak berdasar oleh banyak pihak. Kritik tersebut tampaknya dilatarbelakangi oleh keputusan pemerintah Inggris untuk menangani kasus pidana terkait ungkapan kebencian di media sosial, terutama yang mendukung kerusuhan musim panas lalu. Undang-undang kebebasan berpendapat yang lebih ketat di Inggris membuat beberapa pelanggar mendapatkan hukuman penjara, dan hal ini menjadi salah satu topik yang dikecam oleh Musk.
Insiden Kerusuhan dan Misinformasi di X
Selama kerusuhan di Southport musim panas lalu, Musk memicu kontroversi dengan unggahan yang memprediksi bahwa Inggris akan menghadapi perang saudara. Tidak hanya itu, ia juga menyebarkan teori konspirasi yang tidak berdasar, termasuk tuduhan bahwa pemerintah Inggris berencana membangun kamp penahanan darurat di Kepulauan Falkland untuk menampung para perusuh karena penjara di daratan sudah penuh. Salah satu unggahan Musk di X memuat berita palsu yang diklaim berasal dari surat kabar
The Telegraph, yang menyebut bahwa Keir Starmer sedang mempertimbangkan pembangunan kamp tersebut di Falkland. Setelah mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, Musk akhirnya menghapus unggahan tersebut dari akunnya yang memiliki lebih dari 193 juta pengikut.
Baca Juga: X Suspensi Akun Milik Jurnalis Ini Setelah Merilis Dokumen tentang Senator JD Vance Keputusan untuk Tidak Mengundang Elon Musk ke KTT Investasi
Ketegangan semakin meningkat ketika diketahui bahwa Musk tidak diundang ke KTT Investasi Internasional yang akan diadakan pada 14 Oktober 2024. KTT ini dianggap sebagai momen penting bagi pemerintah Inggris untuk mengamankan investasi asing, di mana Keir Starmer berharap dapat menarik puluhan miliar dana masuk dari investor terbesar dunia. Tahun lalu, Musk menghadiri acara yang sama dan juga menghadiri KTT AI pada November, di mana ia melakukan percakapan pribadi dengan Rishi Sunak, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri. Namun, kehadiran Musk pada acara tersebut tahun ini dibayangi oleh kritik terhadap pemerintah Inggris dan retorika kontroversialnya.
Hubungan Elon Musk dengan Pemerintah Inggris
Sebelum ketegangan ini, Musk memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah Inggris, terutama saat Inggris masih berada di bawah pemerintahan Konservatif. Musk bahkan sempat ditunjukkan beberapa lokasi potensial di Inggris yang dapat menjadi tempat pembangunan gigafactory untuk pembuatan mobil dan baterai Tesla. Namun, Musk kemudian memutuskan untuk membuka pabrik di Jerman, sebagian karena dampak dari Brexit. Di bawah kepemilikan Musk, platform X telah mengubah sejumlah kebijakan yang kontroversial, termasuk mencabut larangan bagi tokoh-tokoh sayap kanan, seperti kelompok Britain First. Kebijakan ini mendapat perhatian serius dari pemerintah Inggris yang sedang mempertimbangkan penerapan Undang-Undang Keamanan Online yang lebih ketat, terutama setelah peran misinformasi dalam kerusuhan yang disertai kekerasan dan rasisme pada bulan Agustus lalu.
Baca Juga: Elon Musk: Calon Triliuner Pertama Dunia? Prospek Masa Depan X dan Investasi Asing di Inggris
Keputusan untuk tidak mengundang Musk ke KTT tahun ini mungkin menunjukkan langkah tegas dari pemerintah Inggris untuk menjaga jarak dari kontroversi yang terus berkembang. Musk, sebagai salah satu pengusaha teknologi terbesar di dunia, memiliki pengaruh besar di sektor teknologi dan investasi global. Namun, pernyataan kontroversial dan keterlibatannya dalam menyebarkan misinformasi bisa merusak citranya sebagai mitra bisnis yang dapat diandalkan oleh pemerintah mana pun. KTT Investasi Internasional bulan Oktober ini menjadi kesempatan penting bagi Inggris untuk mengamankan investasi asing dalam menghadapi tantangan ekonomi global, di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi pasca-Brexit. Keir Starmer, yang berharap dapat menarik investor besar, mungkin berusaha untuk menjaga jarak dari figur kontroversial seperti Elon Musk guna memastikan stabilitas dan keberlanjutan hubungan dengan investor global.
Editor: Handoyo .