Setiap daerah di Indonesia punya kopi jagoan mereka. Begitu pula Temanggung, Jawa Tengah. Daerah yang diapit dua gunung, Sindoro dan Sumbing ini, memang memiliki kopi spesial plus beberapa kedai kopi yang layak disambangi. Ada yang sedang naik daun : Kopi Arabica Wonotirto. Pasalnya, Mei 2016 lalu, kopi ini merupakan salah satu peraih penghargaan dalam Specialty Coffee Association of America Expo (SCAA) di Atlanta. Nah, kalau Anda ingin mencicipi seperti apa kopi juara itu, arahkan kendaraan ke Rumah Kopi Mukidi Temanggung. Lokasinya di Desa Jambon Gandurejo, Bulu, Temanggung, tepat di lereng Gunung Sumbing.
Mukidi, petani kopi setempat, menyulap rumahnya menjadi tempat produksi kopi. Di sini, Anda tidak akan menemukan kursi nyaman dan aroma kopi layaknya kedai kopi di mal. Namun, sembari ngopi di rumah Mukidi, Anda bakal mendapat bonus pengetahuan tentang kopi lokal dari sang petani yang belajar kopi secara otodidak ini. Di ruang tamunya, Mukidi dengan ramah menanyakan kopi apa yang Anda mau dan disajikan dengan cara apa. Ia akan menggiling biji untuk secangkir kopi, merebus air, dan meracik sesuai permintaan Anda. Kopi yang diracik secara v60, drip, atau tubruk ini dibanderol antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per cangkir. Mukidi juga menyediakan Kopi Luwak, harganya Rp 20.000 secangkir. Jadi, paduan minuman
fresh dari biji kopi yang acapkali baru saja disangrai plus angin dingin dari Gunung Sumbing dan dongeng kopi lokal. Asyik, kan? “Itu bukan kopi saya, tapi petani setempat yang menanam,” ucap Mukidi saat kami menyinggung soal kopi juara SCAA. Ia segera membuka panci besar berisi biji Kopi Arabica Wonotirto, menunjukkannya pada kami. “Dulu saya mulai dengan menyarankan petani menanam kopi di sela-sela tembakau,” kisah pria berumur 42 tahun ini sembari meracik kopi.
Selain kopi, Mukidi juga memproduksi mesin sangrai sendiri. “Saya coba-coba saja, ada teman tukang yang bikin,” kata Mukidi sembari menjelaskan cara kerja alat bikinannya itu. Mukidi memiliki beberapa racikan yang siap seduh, seperti Kopi Jowo dan Kopi Mukidi. Kopi Jowo, menurut dia, diramu untuk konsumsi kebanyakan orang Jawa yang suka rasa kopi ‘berat’ dan sedikit gurih. “Makanya, orang suka minum yang dibilang kopi campuran jagung atau kopi kelapa,” jelasnya. Kopi racikan Mukidi ini bisa Anda beli untuk dibawa pulang. Tentu saja, Anda juga bisa membeli biji kopi single origin dan sekaligus minta digiling di situ.Ada banyak koleksi kopi lokal di Rumah Kopi Mukidi, seperti kopi dari Tlahab atau kopi organik dari desa-desa setempat. Tertarik? Segera arahkan kendaraan Anda ke sana. Selamat ngopi di rumah Mukidi! Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendrika