Nikel terangkat beleid ekspor mineral



JAKARTA. Harga nikel berhasil menguat setelah adanya kebijakan dari Indonesia, negara produser nikel terbesar di dunia yang akan mulai melarang ekspor mineral mentah mulai Januari tahun depan.

Di London Metal Exchange (LME) sampai dengan Jumat (20/12), harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan menguat 1,62% menjadi US$ 14.420 per metrik ton jika dibandingkan hari sebelumnya. Dalam perdagangan lima sesi terakhir mulai 16 Desember lalu, harga nikel telah menguat sebesar 2,78%.

Harga nikel meningkat selama lima hari perdagangan dan mencapai level tinggi selama tujuh minggu terakhir di LME, setelah adanya kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah dari Indonesia yang akan berpengaruh pada suplai nikel di pasar global.


Indonesia berencana melarang semua ekspor bijih mineral mulai 12 Januari 2014 untuk mendongkrak harga. Hasil mineral harus lewat proses pemurnian di dalam negeri, sebelum diekspor. Indonesia merupakan negara pemasok 18%-20% nikel global. Dengan larangan ini, logam dasar yang banyak diproduksi oleh Indonesia akan mengalami kenaikan harga dan kemungkinan bergerak mendekati level tertinginya pada tahun depan.

Analis Philips Futures, Juni Sutikno mengatakan, harga nikel sedang bergerak di level atas dan secara beruntun terus menunjukkan kenaikan harga hingga mampu berada di atas harga US$ 14.000 per metrik ton. Juni bilang, tren kenaikan harga nikel sejak awal Desember ini akan berlanjut. Sejumlah data ekonomi seperti data manufaktur Amerika Serikat (AS) dan China yang membaik menjadi sentimen positif sehingga mampu memberikan dorongan peningkatan permintaan nikel.

Untuk pergerakan seminggu ke depan, Juni bilang, pasar akan mulai sepi karena aktivitas pasar pada tahun ini tinggal beberapa sesi lagi. Hingga akhir tahun tidak akan ada pergerakan yang besar. Apalagi, tidak ada data ekonomi Eropa dan AS yang ditunggu pasar hingga akhir tahun ini. "Pasar mengurangi posisi terbuka, harga akan konsolidasi ke level US$ 14.000 per metrik ton. Harga tidak akan bergerak besar dan cenderung bergerak datar," kata Juni.

Secara teknikal, Juni mengatakan, harga hampir menyentuh moving average (MA) 200 yang menunjukkan dalam jangka panjang masih ada penguatan. Pergerakan harga sejak awal Desember terus reli menyebabkan moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif yang menunjukkan potensi kenaikan.

Juni menambahkan, dengan pergerakan harga nikel yang sudah reli panjang, beberapa indikator teknikal kemungkinan berbalik arah secara terbatas. Sepekan ke depan, harga akan menguat terbatas di kisaran US$ 13.635-US$ 14.980 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati